Tampilkan postingan dengan label Seni. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Seni. Tampilkan semua postingan

Selasa, 28 Mei 2013

Cerita KH Arwani Amin Kudus Saat Diledek Arwani Edan

KH Arwani Amin adalah sosok kiai Qur'an pengasuh Pesantren Yanbu'ul Qur'an yang sangat dihormati di Kudus dan sekitarnya. Selain terkenal alim, Mbah Arwani juga dikenal memiliki akhlak mulia hingga dikenal sebagai "kiai sahe/ kiai serba mengucap bagus" kepada siapa pun karena keluhuran budi dan prasangka baiknya.

Cerita KH Arwani Amin Kudus Saat Diledek Arwani Edan
Cerita KH Arwani Amin Kudus Saat Diledek Arwani Edan


Ceita 1:

Suatu saat KH Arwani Amin keliling lokasi pondok didampingi KH. Muhammad Manshur. Secara tidak sengaja, tiba-tiba ada seorang santri yang melempar kulit pisang dari jendela kamarnya. Parahnya kebetulan tepat mengenai pipi Mbah Kiai Arwani. Sontak Kiai manshur yang derekke beliau marah bukan kepalang.

"Sur, wis awakmu ora usah ngono. Wis ben jarke wae aku yo ora opo-opo, awakmu meneng wae. Ngono wae deknen yo wis wedi neni/ Sur, sudah, kamu jangan begitu. Sudah, biarkan saja aku tidak apa-apa kok, kamu diam saja. Gitu aja dia ketakutan sekali kok," dawuh KH Arwani.

Cerita 2:

Awal mula KH Arwani mengadakan kegiatan thoriqoh di Masjid Kwanaran ada sebagian penduduk sekitar tidak suka. Bahkan saking tidak sukanya, ada seorang yang menulis di dinding tembok, "Arwani Edan". Kiai Manshur yang sering nderekke Mbah Arwani, bergegas hendak menghapusnya, tapi KH Arwani malah melarang.

Kiai Arwani mengatakan, "Sur, ora usah dihapus sik. Jarno wae sik. Deknen ben marem ngerti aku wis moco tulisane/ Sur, jangan dihapus dulu. Biarkan saja dulu. Biar dia puas kalau aku sudah membaca," kata Kiai Arwani ke Kiai Mansur.

Cerita 3: Seorang sopir menyetel musik. Kiai Mansur yang derekke beliau hendak menegur, mengingatkannya bahwa ada simbah kiai di situ. KH Arwani dawuh "Wis jarno wae, ben ora ngantuk/ Sudah, biarkan saja, biar tidak ngantuk," balas Mbah Arwani.

Ketiga cerita di atas ditulis dari keterangan KH Musthofa Imran SHi, Kepala Madrasan Aliyah (MA) TBS Kudus, diriwayatkan dari KH Muhammad Mansur, putra angkat kesayangan Mbah Arwani yang selalu mendampingi beliau dalam banyak kesempatan. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/cerita-kh-arwani-amin-kudus-saat-diledek-arwani-edan.html

Sabtu, 28 Januari 2012

Istiqamah Baca Shalawat, Jasad Kuli Kasar Ini Utuh Setelah 9 Tahun Wafat

Santriwati Cantik - Waktu saya mondok di Kedung Paruk Purwkerto, di sana ada tukang kuli angkut bernama Darjo. Seorang pekerja kasar, kalau ada beras ya ngangkut beras. Setelah salat subuh, kebiasaan tidur sebentar, lalu jam 7 ia bangun keluar kerja ke pasar. Pekerja kasar itu wafat. 9 tahun kemudian, cucunya wafat.

Oleh orang tua, anaknya itu supaya dimakamkan di dekat makam kakek-nya, Darjo, karena di pemakaman itu banyak pusara orang-orang sholeh, seperti Kiai Ilyas, ayahanda Mbah Kiai Abdul Malik.

Istiqamah Baca Shalawat, Jasad Kuli Kasar Ini Utuh Setelah 9 Tahun Wafat - Santriwati Cantik
Istiqamah Baca Shalawat, Jasad Kuli Kasar Ini Utuh Setelah 9 Tahun Wafat - Santriwati Cantik


Istiqamah Baca Shalawat, Jasad Kuli Kasar Ini Utuh Setelah 9 Tahun Wafat

Atas tujuan tersebut, kuburan Kakek Darjo dibongkar. Setelah digali 1,5 meter, masyaallah, ternyata bambu jenazah di liang kubur masih hijau, kain kafannya masih utuh, wangi luar biasa dari makam Darjo seperti baru dimakamkan beberapa jam.

Setelah kejadian itu saya menghadap melaporkan kejadian itu kepada guru saya, Mbah Kiai Abdul Malik. Ketika itu, Mbah Kiai Abdul Malik sedang duduk santai di depan rumah, tersenyum melihat kedatangan saya.

Santriwati Cantik

Tiba-tiba mbah Malik bilang, "piye, Darjo mayite isih utuh/ gimana, Darjo mayitnya masih utuh?". Belum bicara, Mbah Malik sudah menjelaskan duluan.

Kata beliau, Darjo itu istiqamah tiap malam tidak pernah meninggalkan membaca shalawat. Sebelum membaca shalawat 16.000 kali, Darjo tidak akan tidur. Shalawatnya adalah "Allahumma shalli ala Muhammad, Allahumma Shalli ala Muhammad." Secara lahiriyah, Darjo adalah kuli kasar, tapi ia temasuk orang saleh ternyata.

Santriwati Cantik

Habib Luthfi menjelaskan, kita tidak harus membaca 16.000 kali, minimal 300 kali saja setiap malam sudah bagus. Siapa yang membaca shalawat untuk keluarga dan putra-putrinya tiap malam 300 kali, Insya Allah putra-putrinya akan diberkahi. Berkah sholawat, senakal apapun anaknya, pada waktunya akan menjadi baik. Insya Allah. [Santriwati Cantik]

Keterangan ini disampaikan Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan.

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/istiqamah-baca-shalawat-jasad-kuli-kasar-ini-utuh-setelah-9-tahun-wafat.html

Kamis, 17 November 2011

Awal November, Peringatan Pengukuhan Wayang sebagai Pusaka Dunia Dimulai

Jakarta, Santriwati Cantik. Yayasan Pesantren Kaliopak, Yogyakarta, akan menggelar peringatan 11 tahun pengukuhan wayang sebagai Adikarya Pusaka Kemanusiaan Dunia oleh Lembaga Kebudayaan PBB (UNESCO). Kegiatan digelar selama sebulan, 1 November 6 Desember 2014, dipusatkan di Kompleks Pesantren Kaliopak, Piyungan, Yogyakarta.

Rangkaian acara peringatan dilaksanakan oleh Komunitas Rumah Budaya Nusantara Pesantren Kaliopak Piyungan Yogyakarta, atas bantuan dana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dan dukungan-dukungan lain dari berbagai lembaga, individu dan komunitas budaya yang peduli.

Awal November, Peringatan Pengukuhan Wayang sebagai Pusaka Dunia Dimulai (Sumber Gambar : Nu Online)
Awal November, Peringatan Pengukuhan Wayang sebagai Pusaka Dunia Dimulai (Sumber Gambar : Nu Online)


Awal November, Peringatan Pengukuhan Wayang sebagai Pusaka Dunia Dimulai

Awal November, Sabtu-Ahad (1-2/11) kegiatan dimulai dengan acara peluncuran di gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, bersamaan dengan pelaksanaan Munas Alim Ulama dan Konferensi Besar NU.

Selanjutnya, peringatan Pengukuhan Wayang sebagai Pusaka Dunia akan dipusatkan di Pesantren Kaliopak Yogyakarta, dimulai dengan Diskusi Pendahuluan Epos Mahabharata, Lakon-Lakon Wayang Jawa dan Cultural Studies pada 10 November bersama Ki Herman Sinung Janutama (Spiritualis Jawa di Yogyakarta), Dr. St. Sunardi (Dosen IRB, Univ Sanata Dharma Yogyakarta), dan Dr. Holland C. Taylor (Spiritualis dan Ahli Sastra Jerman dari Harvard University USA).

Santriwati Cantik

Kegiatan dilanjutkan dengan Seminar Nasional Wayang dan Krisis Manusia Nusantara, Prof. Dr. Sri Heddy Ahimsa Putra (UGM), Dr. Sindhunata SJ. (Majalah Basis), M. Jadul Maula (Pesantren Kaliopak) pada 17 November. Rais Aam PBNU KH Musthofa Bisri dijadwalkan menyampaikan pidato iftitah dalam seminar ini.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan hingga 6 Desember berturut-turut mulain Belajar Bersama Pesantren, Wayang, dan Jatidiri Bangsa, Pameran Bentuk-bentuk dan Komik Wayang, Lomba Mewarnai dan Dongeng Wayang, Wayang Edukatif, Pentas Seni Tradisi dan Modern, dan Pagelaran Wayang Kulit.

Santriwati Cantik

Pagelaran Wayang Kulit diselenggarakan pada 6 Desember sebagai puncak acara, sekaligus penutup kegiatan pameran dan rangkaian event publik lainnya, akan digelar wayang kulit semalam suntuk, dengan lakon Ilange Pusaka Jamus Kalimasadha, dalang Ki Gondo Suharno. (A. Khoirul Anam)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/55372/awal-november-peringatan-pengukuhan-wayang-sebagai-pusaka-dunia-dimulai

Santriwati Cantik

Senin, 04 April 2011

MATAN Bantu Siapkan Munas JATMAN di Kaltim

Samarinda, Santriwati Cantik. Ketua Umum Mahasiswa Ahlith Thariqoh Al-Mutabaroh An-Nahdliyyah (MATAN) KH Hamdani Muin melakukan kunjungan ke Samarinda, Kalimantan Timur untuk meninjau dan berkoordinasi bersama panitia daerah guna mempersiapkan pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) JATMAN.

Kunjungan pada Rabu (18/03/2015) Hamdani yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Jamiyyah Ahlith Thariqoh Al-Mutabaroh An-Nahdliyyah meninjau langsung lokasi Munas yang akan diadakan pada 10-14 April 2015 mendatang.

MATAN Bantu Siapkan Munas JATMAN di Kaltim (Sumber Gambar : Nu Online)
MATAN Bantu Siapkan Munas JATMAN di Kaltim (Sumber Gambar : Nu Online)


MATAN Bantu Siapkan Munas JATMAN di Kaltim

Pada kesempatan itu dosen Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang ini berkoordinasi dengan pihak terkait di antaranya Badan Pengelola Islamic Center (BPIC) dan Jajaran Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Ia memberikan perhatian khusus terhadap kader-kader MATAN di wilayah (Kalimantan Timur) dengan mengadakan forum khusus dan sekaligus konsolidasi organisasi. Kader MATAN yang berasal dari sekitar kota Samarinda itu berkumpul di kompleks Islamic Center untuk mendengarkan pengarahan dan bertemu langsung menghadap beliau sebagai Panglima Tinggi MATAN.

Santriwati Cantik

Santriwati Cantik

Di hadapan mereka, Hamdani menegaskan bahwa MATAN merupakan Lajnah Mustakilah dari Jamiyyah Ahlit Thariqoh Al-Mutabaroh An-Nahdliyyah (JATMAN) yang juga merupakan Banom dari Nahdlatul Ulama. Dengan kata lain, kader MATAN sudah pasti cinta NU dan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Sementara Wakil Ketua Pengurus Wilayah MATAN Kalimantan Timur Abdul Khohar yang juga hadir pada malam itu mengatakan bahwa yang ada di dalam otak dan hati para kader MATAN itu semuanya demi Islam rahmatan lil alamin (Aswaja) dan NKRI sudah pasti harga mati.

"Suatu kebanggaan bagi saya karena dapat keberkahan, anugerah yang sangat besar menjadi bagian dari MATAN, terutama kader thariqoh yang diakui dan ditegaskan secara lantang oleh beliau Abah Maulana Habib Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, bahwa anak MATAN adalah muridnya secara sah, katanya.

Hal ini, kata dia, tidak pernah didapatkan di organisasi lain, dimana gurunya adalah para kiai dan habaib, penerus perjuangan Rasulullah Shollallohu Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam.

Melalui pesan singkat, Ketua PW MATAN Kaltim Muhammad Idris menyatakan siap menyambut dan berusaha berkhidmat kepada seluruh peserta Munas utamanya para mursyid untuk menyukseskan acara MUNAS JATMAN 2015 ini.

Ini merupakan sejarah pertama keterlibatan MATAN dalam kancah MUNAS JATMAN yang juga diundang pengurus MATAN Se-Indonesia. Marhaban ahlan wa sahlan bichuduri mursyidin", tegas Idris dalam pers rilisnya. (Red Abdullah Alawi)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/58339/matan-bantu-siapkan-munas-jatman-di-kaltim

Sabtu, 14 Agustus 2010

Akhirnya Habib Rizieq Ditetapkan Tersangka Penodaan Pancasila oleh Polda Jabar

Santriwati Cantik - Polda Jabar menetapkan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab (HRS) sebagai tersangka kasus dugaan penodaan Pancasila. Penetapan HRS sebagai tersangka berdasarkan hasil rangkaian gelar perkara tahap penyidikan yang dilakukan tim penyidik Ditreskrimum Polda Jabar.

"Penyidik meningkatkan status Rizieq Syihab dari saksi terlapor menjadi tersangka," kata Kabidhumas Polda Jabar Kombes Yusri Yunus di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Senin (30/1/2017), sebagaimana diberitakan Detikcom.

Gelar perkara ketiga ini berlangsung hari ini selama tujuh jam atau sejak pukul 11.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Sebelumnya, pagi hari tadi, penyidik minta keterangan tambahan kepada satu saksi ahli. Tercatat, menurut Yusri, sebanyak 18 saksi sudah didengarkan keterangannya oleh penyidik berkaitan dengan kasus tersebut.

Akhirnya Habib Rizieq Ditetapkan Tersangka Penodaan Pancasila oleh Polda Jabar - Santriwati Cantik
Akhirnya Habib Rizieq Ditetapkan Tersangka Penodaan Pancasila oleh Polda Jabar - Santriwati Cantik


Akhirnya Habib Rizieq Ditetapkan Tersangka Penodaan Pancasila oleh Polda Jabar

Yusri menjelaskan pihak penyidik Ditreskrimum Polda Jabar melakukan analisis dan evaluasi dalam gelar perkara. Tim penyidik, lanjut Yusri, bekerja mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan alat bukti untuk menguatkan sangkaan terhadap HRS.

Santriwati Cantik

HRS disangkakan melanggar Pasal 154 a KUHP tentang Penodaan terhadap Lambang Negara dan Pasal 320 KUHP tentang Pencemaran terhadap Orang yang Sudah Meninggal. "Perkara penistaan Pancasila dan pencemaran proklamator ini seluruhnya sudah masuk unsur dan alat bukti yang cukup," tutur Yusri.

Santriwati Cantik

Kasus yang menjerat Rizieq merupakan buntut dari pelaporan Sukmawati Soekarnoputri. Ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Marhaenisme tersebut menganggap Rizieq melakukan penodaan terhadap lambang dan dasar negara Pancasila serta menghina kehormatan martabat Sukarno selaku proklamator kemerdekaan Indonesia dan presiden pertama Indonesia.

Bareskrim Mabes Polri semula menerima laporan Sukmawati, lalu melimpahkan perkara tersebut kepada Polda Jabar. Alasannya, tempat kejadian atau area ceramah HRS yang dianggap melecehkan Pancasila ini berlokasi di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, atau masuk wilayah hukum Polda Jabar. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/akhirnya-habib-rizieq-ditetapkan-tersangka-penodaan-pancasila-oleh-polda-jabar.html

Rabu, 05 Mei 2010

Cara Santri Majelis Rajeg Bantu Yatim dan Dhuafa

Jakarta, Santriwati Cantik. Santri Majelis Rajeg sangat percaya apabila setiap kegiatan dan setiap waktu melibatkan Allah, maka semua urusan akan menjadi mudah. Keyakinan tersebut jugalah yang mendasari mereka melakukan pengadaan Kartu Sehat bagi anak yatim dan kaum dhuafa. Peluncuran Kartu Sehat dilangsungkan Senin (20/3).

Pembina Majelis Rajeg, Nur Rahman mengungkapkan, Kartu Sehat dikelola oleh Jaringan Pengelola Zakat Infak dan Sedekah (JPZIS) Majelis Rajeg di bawah pembinaan NU Care LAZISNU.

Cara Santri Majelis Rajeg Bantu Yatim dan Dhuafa (Sumber Gambar : Nu Online)
Cara Santri Majelis Rajeg Bantu Yatim dan Dhuafa (Sumber Gambar : Nu Online)


Cara Santri Majelis Rajeg Bantu Yatim dan Dhuafa

JPZIS Majelis Rajeg dan NU Care ingin memastikan adanya jaminan kesehatan untuk yatim dan dhuafa. Ini juga sebagai bentuk pelayanan kesehatan dari NU bagi umat, senada dengan amanat Muktamar NU di Jombang bahwa dakwah NU melalui kesehatan, pendidikan, dan kemandirian ekonomi umat, terang Rahman.

Rahman menambahkan, program tersebut dimulai dengan pendataan anak yatim dan dhuafa di lingkungan Perum Rajeg. Saat ini sudah ada 50 anak yatim dan dhuafa yang terlindungi melalui program Kartu Sehat.

Santriwati Cantik

Setiap ada anak yatim dan dhuafa yang sakit dan berobat di klinik terdekat dengan membawa Kartu Sehat. Selanjutnya pihak klinik akan melakukan penagihan ke JPZIS Majelis Rajeg, dan JPZIS Majelis Rajeg yang akan membayar biaya pengobatan dan pemeriksaan, urai Rahman tentang prosedur penggunaan Kartu Sehat.

Santriwati Cantik

Sumber dana berasal dari para santri Majelis Rajeg yang telah melakukan Gerakan Belajar Zakat (GBZ). Melalui GBZ para santri mengisi kotak sedekah setiap hari. Dana kemudian dikumpulkan sebulan sekali dari setiap rumah jamaah.

Kami berharap masyarakat bisa mengambil manfaat dari GBM ini, tutup Rahman. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/76316/cara-santri-majelis-rajeg-bantu-yatim-dan-dhuafa

Santriwati Cantik

Minggu, 28 Februari 2010

Menyoal Fatwa dan Pengawalnya, Ini Surat Terbuka Kepada Ketua Umum MUI KH Maruf Amin

Santriwati Cantik - Kiai Ma’ruf yang saya hormati, izinkanlah saya mencium tangan Kiai, sebagaimana lazimnya seorang santri ngalap berkah dari kiainya. Saya sangat menghormati Kiai sebagai Rois ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sekaligus sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Saya sudah beberapa kali ber-muwajahah dengan Kiai, baik dalam forum NU maupun dialog di media secara live.

Menyoal Fatwa dan Pengawalnya, Ini Surat Terbuka Kepada Ketua Umum MUI KH Maruf Amin - Santriwati Cantik
Menyoal Fatwa dan Pengawalnya, Ini Surat Terbuka Kepada Ketua Umum MUI KH Maruf Amin - Santriwati Cantik


Menyoal Fatwa dan Pengawalnya, Ini Surat Terbuka Kepada Ketua Umum MUI KH Maruf Amin

Masih segar ingatan saya, Kiai begitu mencintai anak-anak muda NU, layaknya anak sendiri. Dalam beberapa acara NU, Kiai masih mau bercakap-cakap dengan anak muda dan sesekali melepas canda-tawa. Keguyuban ala NU yang selalu dinanti.

Ingin rasanya bisa sowan kepada Kiai dalam waktu dekat. Tapi karena terbatasnya waktu saya, dan barangkali juga waktu Kiai, izinkan saya menulis surat singkat yang berisi tentang kegelisahan sekaligus harapan agar Kiai bisa menjadi imam bagi umat Islam Indonesia. Setidaknya imam bagi kami anak-anak muda NU. Sebab, belakangan ini, terdengar sayup-sayup adanya formulir yang disebarkan kepada umat Islam agar seseorang dibai’at menjadi “Imam Besar”.

Kiai Ma’ruf yang saya hormati,

Ketika Kiai terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum MUI, saya mempunyai harapan besar terhadap organisasi ini. Pasalnya, Kiai berjanji akan menjadikan MUI sebagai gerbong gerakan Islam Moderat di Indonesia.

Dalam bayangan saya, MUI di bawah kepemimpinan Kiai akan mengalami transformasi yang sangat signifikan. Intinya, MUI akan merangkul semua kelompok di dalam Islam, apa pun mazhab dan alirannya. MUI akan berhenti mengeluarkan fatwa sesat, karena sesugguhnya yang berhak menilai seseorang mendapatkan petujuk Tuhan dan sesat hanya Tuhan. Allah SAW berfirman: Dan Allah SWT Mahatahu atas siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan mereka yang mendapatkan petunjuk (QS. Al-Najm: 30).

Lebih dari itu, saya membayangkan MUI di bawah kepemimpinan Kiai akan menjadi teladan bagi tumbuhnya harmoni dan toleransi di tengah-tengah masyarakat. Buah manis dari itu, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan semakin kokoh, diperkuat oleh Pancasila sebagai dasar negara, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa, dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara.

Saya masih ingat Kiai membacakan hasil Musyawarah Nasional Alim Ulama NU di Surabaya pada tahun 2006. Kiai menegaskan bahwa Pancasila adalah final sebagai dasar negara, meski tidak ada semifinal. Semua hadirin tertawa riuh.

Bagi kami anak muda NU, Kiai adalah salah satu pengusung pembaruan metodologi forum kajian keagamaan NU yang meletakkan kerangka berfikir metodologis (al-tafkir al-manhaji) dalam penyelesaian masalah-masalah aktual kekinian. Walhasil, kajian-kajian bahtsul masail NU sangat luar biasa, dan menyemarakkan tumbuhnya studi Ushul Fiqh di pesantren-pesantren NU.

Cara berfikir metodologis seperti inilah yang sebenarnya saya harapkan bisa tumbuh di lingkungan MUI, sehingga sikap dan fatwa keagamaan yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat bagi solidaritas kebangsaan dan solidaritas kemanusiaan.

Kiai Ma’ruf yang saya hormati,

Dalam dua bulan terakhir, jujur saya mulai agak gelisah perihal komitmen MUI sebagai gerbong Islam Moderat di Tanah Air. Alih-alih menjadi gerbong Islam moderat, MUI terlihat cenderung mengambil kebijakan dan mengeluarkan fatwa yang sama sekali tidak mencerminkan moderasi Islam.

Salah satu karakter moderasi Islam adalah memastikan visi rahmatan lil ‘alamin, tidak hanya berhenti dalam ucapan dan jargon, melainkan menjadi laku tindakan nyata. Visi rahmatan lil ‘alamin dalam konteks keindonesiaan, semestinya umat Islam betul-betul menjadi pengawal Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. MUI dapat memberikan perlindungan penuh terhadap kalangan non-Muslim dan penganut aliran kepercayaan yang sudah eksis berabad-abad sebelum agama-agama yang diakui negara datang ke negeri ini.

Dalam bayangan saya, Kiai akan mengambil jarak dengan mereka yang selama ini mempunyai ideologi dan pemikiran yang dapat mengancam eksistensi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Harapan saya, Kiai akan menjadikan NU dan Muhammadiyah sebagai rujukan utama umat Islam Indonesia dalam mengambil kebijakan strategis kebangsaan.

Lebih dari itu, Kiai diharapkan oleh kami bisa mengambil jarak dengan politik praktis atau hal-hal yang dapat ditafsirkan bernuansa politis. Bahkan sejatinya Kiai dapat memberikan solusi yang dapat memperkokoh kualitas demokrasi kita dengan memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh elemen bangsa, apa pun agama dan keyakinannya untuk mengabdi kepada negeri.

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Sebab itu, Islam yang kita pahami sebagai kekuatan moral untuk memperkokoh solidaritas kemanusiaan dan solidaritas kebangsaan kita.

Coba Kiai lihat apa yang terjadi sekarang, situasinya sangat tidak kondusif bagi demokrasi yang sebenarnya sudah membaik dan membuahkan hasil. Bahkan taruhannya adalah kebersamaan kita sebagai bangsa sedang dalam ujian serius.

Kiai Ma’ruf yang saya hormati,

Izinkanlah saya menyampaikah dua hal yang terus mengganjal nurani saya untuk mempertanyakan komitmen MUI dalam mengusung Islam Moderat di Tanah Air. Meminjam ungkapan KH Mustofa Bisri, MUI makin tidak jelas. Saya pun mempunyai pandangan yang sama.

Pertama, soal sikap MUI terhadap kasus dugaan penodaan agama terhadap Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Menurut saya, MUI tidak hati-hati dan terlihat tergesa-gesa mengeluarkan sikap keagamaan. Padahal dalam kasus yang sangat sensitif, semestinya MUI dapat mempertimbangkan “mudarat” dan “maslahat”, khususnya bagi demokrasi dan keutuhan bangsa ini.

Ada beberapa keanehan yang mengusik pikiran dan nurani saya sampai saat ini. Kenapa MUI mengeluarkan sikap keagamaan tanpa menggunakan medium klarifikasi (tabayyun). Poin ini saat penting untuk dikemukakan, apalagi jika melihat persidangan sementara kasus Ahok ini.

MUI sebenarnya bisa mengambil langkah luar biasa sebagai konsekuensi dari pilar Islam Moderat. Demi menjaga momen demokrasi dan keutuhan bangsa, sebenarkan solusi terbaik adalah menerima maaf Ahok dan meminta Ahok agar tidak mengulangi lagi berkata-kata yang dapat menyinggung perasaan umat Islam.

Saya pribadi tegas menyatakan bahwa Ahok tidak menodai agama Islam. Dalam ucapannya Ahok justru mengingatkan kita agar berpolitik secara bermartabat, jangan sampai agama dijadikan alat kampanye. Saya berpandangan, ayat al-Maidah 51 bukanlah ayat tentang kepemimpinan. Ayat tersebut turun dalam konteks perang, bukan konteks damai. Sementara kita saat ini hidup dalam situasi damai, bukan suasana perang.

Maka dari itu, jika MUI mengambil langkah untuk memaafkan Ahok dan meminta Ahok agar tidak mengulangi dan berhati-hati, Kiai akan dikenang sebagai “Imam Besar” yang menyelamatkan negeri ini dari jurang perpecahan dan kehancuran. Lihat apa yang terjadi sekarang?

Konsekuensi dari sikap keagamaan MUI dalam kasus Ahok, lalu muncul Gerangan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI. Gerakan ini bernaung di bawah sikap keagamaan MUI yang ditegaskan posisinya lebih tinggi dari fatwa. Mereka membuat aksi dan forum keagamaan di berbagai kota. Bukankah Ahok sudah ditetapkan sebagai tersangka dan kasusnya sedang dalam persidangan?

Saya agak lega akhirnya Kiai menegaskan bahwa GNPF tidak ada kaitannya dengan MUI. Tapi, tolong Kiai juga dapat mengambil tindakan tegas terhadap pengurus MUI yang aktif di GNPF. Semestinya mereka diberi peringatan agar memilih antara GNPF atau MUI. Begitu pula para pengurus yang mengeluarkan komentar-komentar keras dan kasar, yang dapat mencoreng citra MUI.

Saya sekali lagi meminjam pendapat Gus Mus bahwa aneh rasanya ada kelompok atau gerakan yang ingin mengawal fatwa. Sejak kapan fatwa harus dikawal? Kenapa harus dikawal?

Kedua, fatwa MUI soal atribut keagamaan non-Muslim. Saya membaca argumen dan nalar yang digunakan oleh MUI tidak kokoh, baik secara teologis maupun sosiologis. Secara teologis, argumen MUI lebih dekat pada nalar Wahabisme yang kerap menggunakan ayat-ayat keras terhadap non-Muslim. Padahal di dalam al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang toleran, bahkan memuji kalangan non-Muslim.

Secara sosiologis, Islam hadir sebagai agama samawi yang paling akhir. Artinya, Islam tumbuh dan berkembang dalam tradisi Kristen dan Yahudi. Sebab itu, kalau kita lihat sejarah Islam banyak perjumpaan antara agama-agama samawi ini, sehingga terjadi akulturasi.

Begitu halnya akulturasi Hindu dan Budha dengan tradisi Islam di Tanah Air. Setiap agama hadir di tengah keragaman agama-agama, dan karenanya akulturasi merupakan hal yang tak bisa dielakkan. Akulturasi adalah bukti bahwa setiap penganut agama pastinya akan menghormati penganut agama yang lain. Ini yang disebut Bung Karno dengan ketuhanan yang berkebudayaan dan berkeadaban.

Kiai Ma’ruf yang saya hormati,

Itulah unek-unek saya terhadap MUI di bawah kepemimpinan Kiai. Saya berharap sekali MUI dijauhkan dari tarikan politik dan kepentingan perebutan kekuasaan. Lebih dari itu, MUI dapat menjadi gerbong bagi moderasi Islam di Tanah Air.

Satu lagi, MUI tidak lagi mengeluarkan fatwa sesat-menyesatkan. Sebab salah satu ukuran moderasi Islam, yaitu tidak mengeluarkan fatwa sesat-menyesatkan. MUI mesti betul-betul menjadi lembaga yang mengusung kearifan (al-hikmah), menyampaikan nasihat yang elegan (maw’idhah hasanah), dan membudayaka debat yang konstruktif (mujadalah bil lati hiya ahsan).

Biarkan soal vonis sesat dan tidak sesat diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Bijak dan Maha Adil. Kita umat agama-agama sejatinya dapat merayakan keragaman dan perbedaan dengan saling menghormati antara satu dengan yang lain. [Santriwati Cantik]

Zuhairi Misrawi:

Ketua Moderate Muslim Society, Alumnus Universitas al-Azhar, Kairo Mesir. Intelektual Muda Nahdlatul Ulama. Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia. Menulis sejumlah buku: Al-Quran Kitab Toleransi: Inklusivisme, Pluralisme, dan Multikulturalisme (2008), Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari: Keindonesiaan dan Keumatan (2012), Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim (2010), Madinah: Kota Suci, Piagam Madihan, dan Teladan Muhammad (2011), Al-Azhar: Menara Ilmu, Reformasi, dan Kiblat Keulamaa.

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/menyoal-fatwa-dan-pengawalnya-ini-surat-terbuka-kepada-ketua-umum-mui-kh-maruf-amin.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Santriwati Cantik sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Santriwati Cantik. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Santriwati Cantik dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock