Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tokoh. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Juli 2014

Haul Ki Darsono, Penyebar Islam Semasa Sunan Drajat

Lamongan, Santriwati Cantik. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya peringatan haul ke-3 Ki Darsono tahun ini digelar di Pondok Pesantren Karangsawo Paciran Lamongan, Ahad (17/11). Rangkaian agenda haul yaitu ziarah makam Ki Darsono, Khataman Al-Quran, dan pengajian.

Kegiatan ziarah makam Ki Darsono dipimpin oleh H Hamam Labib. Sedang khataman Al-Quran 30 juz diikuti para huffadz dan guru ngaji dari daerah setempat.

Siapakah sosok Ki Darsono? Ki Darsono atau yang bergelar Panembahan Tubagus Anom atau Kiai Pucangsari adalah seorang penyebar agama Islam di Desa Paciran yang berdakwah semasa Sunan Drajat.

Sebagai waliyullah, ia beberapa karomah, diantaranya konon kalau beliau bepergian ke luar daerah beliau selalu naik pedati, dan apabila telah sampai di tempat tujuan maka pedati itupun dilipat dan dimasukkan ke dalam sakunya. Itulah salah satu khowariqul adah yang dikaruniakan Allah kepada Ki Darsono.

Haul Ki Darsono, Penyebar Islam Semasa Sunan Drajat (Sumber Gambar : Nu Online)
Haul Ki Darsono, Penyebar Islam Semasa Sunan Drajat (Sumber Gambar : Nu Online)


Haul Ki Darsono, Penyebar Islam Semasa Sunan Drajat

Pada acara pengajian agama yang dihadiri seribu jamaah dan dihadiri pula beberapa masyayikh, diantaranya KH. A. Suaidi Abu Amar dari Pasuruan, KH. Ali Imrom Muhammad dari Lamongan, KH. Abdul Wahab dan KH. Abdul Kholiq, dua kiai bersaudara dari Paciran.

Sebagai pembicara adalah KH Ali Imron Muhammad, kiai alumnus Makkah Al-Mukarromah ini menyampaikan bahwa tahlil dan doa yang kita baca pada acara haul pasti sampai kepada yang dihauli.

Kita harus yakin bahwa doa dan tahlil yang kita panjatkan akan sambung kepada tokoh agama yang kita hauli. Kalau tidak percaya maka matilah terlebih dahulu, lalu coba buktikan sendiri, ujar kiai mantan Rais Syuriyah PCNU Lamongan itu.

Santriwati Cantik

Kondisi cuaca saat pembacaan tahlil yang dipimpin Gus Ata sempat redup karena mendung, namun beruntung sampai berakhirnya acara tidak turun hujan. Acara ditutup dengan santunan kepada 40 yatim-piatu yang diberikan secara langsung oleh K. Minhajul Abidin selaku Pengasuh PP. Karangsawo Paciran.

Setelah memberikan santunan Kiai Abidin memimpin doa seraya meneteskan air mata dengan suara bergetar, hal itu membuat para jamaah larut dalam suasana khusuk dan penuh keharuan.

Beberapa calon anggota legislatif terpantau juga turut hadir dalam acara tersebut guna merebut simpati para jamaah haul. (Ahmad Farid/Anam)

Santriwati Cantik

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/48287/haul-ki-darsono-penyebar-islam-semasa-sunan-drajat

Santriwati Cantik

Senin, 02 Juni 2014

Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab

Santriwati Cantik - Seperti diketahui, ayat dari Surah Al-Maidah yang kerap disebut sebagai dalil menolak ‘pemimpin kafir’ itu ialah:

Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik
Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik


Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi ‘awliya’; sebahagian mereka adalah awliya bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 51).

Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik
Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik


Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab



Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik
Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik


Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab

Benarkah ayat di atas menyerukan penolakan “pemimpin kafir”? Menurut pakar tafsir Al-Qur’an Prof. Quraish Shihab, ayat di atas tidaklah berdiri sendiri, namun memiliki kaitan dengan ayat-ayat sebelumnya. Hanya memenggal satu ayat dan melepaskan ayat lain berimplikasi pada kesimpulan akhir. Padahal, Al-Maidah ayat 51 merupakan kelanjutan atau konsekuensi dari petunjuk-petunjuk sebelumnya.

“Konsekuensi dari sikap orang yang memusuhi Al-Qur’an, enggan mengikuti tuntunannya…”

Pada ayat sebelumnya, Al-Qur’an diturunkan untuk meluruskan apa yang keliru dari kitab Taurat dan Injil akibat ulah kaum-kaum sebelumnya. Jika mereka – Yahudi dan Nasrani, enggan mengikuti tuntunan Al-Qu’ran, maka mereka berarti memberi ‘peluang’ pada Allah untuk menjatuhkan siksa terhadap mereka karena dosa-dosa yang mereka lakukan.

“Jadi, mereka dinilai enggan mengikuti tuntunan Tuhan tapi senang mengikuti tuntunan jahiliyah,” kata Quraish Shihab dalam pengajian Tafsir Al-Qur’an di salah satu stasiun TV swasta.

Lalu, dilanjutkan oleh ayat 51 surat Al-Maidah. Kalau memang seperti itu sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani – mengubah kitab suci mereka, enggan mengikuti Al-Qur’an, keinginannya mengikuti jahiliyah, – “Maka wahai orang-orang beriman janganlah engkau menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagaiawliya.”

Bagi Quraish Shihab, hubungan ayat ini dan ayat sebelumnya sangat ketat. “Kalau begitu sifat-sifatnya, jangan jadikan mereka awliya. Nah, awliya itu apa?,” tanya Quraish memantik diskusi sebelum mengkaji lebih dalam.

‘Awliya’ ialah jamak atau bentuk plural dari ‘wali’. Di Indonesia, kata ini populer sehingga ada kata wali-kota, wali-nikah dan seterusnya. Wali ialah, kata penulis Tafsir Al Misbah ini, pada mulanya berarti “yang dekat”. Karena itu,waliyullah juga bisa diartikan orang yang dekat dengan Allah.

“Wali kota itu berarti yang mestinya paling dekat dengan masyarakat. Orang yang paling cepat membantu Anda, ialah orang yang paling dekat membantu Anda. Nah, dari sini lantas dikatakan bahwa wali itu pemimpin atau penolong.”

Adapun wali dalam pernikahan – apalagi terhadap anak gadis – sebenarnya fungsinya melindungi anak gadis itu dari pria yang hanya ingin ‘iseng’ padanya. Seseorang yang dekat pada yang lain, berarti ia senang padanya. Karena itu, iblis jauh dari kebaikan karena ia tidak senang. “Dari sini, kata ‘wali’ yang jamaknya ‘awliya’ memiliki makna bermacam-macam.”

Yang jelas, kata jebolan Al Azhar Mesir ini, kalau ia dalam konteks hubungan antar manusia, berarti persahabatan yang begitu kental. Sedemikan hingga tidak ada lagi rahasia di antara mereka. Demikian pula hubungan suami-istri yang dileburkan oleh cinta.

“Dalam ayat ini, jangan angkat mereka –Yahudi dan Nasrani- yang sifatnya seperti dikemukakan pada ayat sebelumnya menjadi wali atau orang dekatmu. Sehingga engkau membocorkan rahasia kepada mereka.”

Dengan demikian, ‘awliya’ bukan sebatas bermakna pemimpin, kata Quraish Shihab. “Itu pun, sekali lagi, jika mereka enggan mengikuti tuntunan Allah dan hanya mau mengikuti tuntunan Jahiliyah seperti ayat yang lain.”

Contohnya, jika mereka juga menginginkan kemaslahatan untuk kita, boleh tidak kita bersahabat? Quraish Shihab kembali bertanya, jika ada pilihan antara pilot pesawat yang pandai namun kafir dan pilot kurang pandai yang muslim, “pilih mana?” sontak jamaah yang hadir pun tertawa.

Atau, pilihan antara dokter kafir yang kaya pengalaman dan dokter muslim tapi minim pengalaman. Dalam konteks seperti ini, bagi Quraish Shihab, tidak dilarang. Yang terlarang ialah melebur sehingga tidak ada lagi perbedaan termasuk dalam kepribadian dan keyakinan. Karena tidak ada lagi batas, kita menyampaikan hal-hal yang berupa rahasia pada mereka. “Itu yang terlarang,” tegasnya.

Namun, kalau pergaulan sehari-hari, dagang, membeli barang dari tokonya dan sebagainya, tidaklah dilarang. Selanjutnya, ayat ini berbicara tentang sebagian mereka adalah awliya bagi sebagian yang lain. Artinya, sebagian orang Yahudi bekerjasama dengan orang Nasrani yang walaupun keduanya beda agama namun kepentingannya sama, yaitu mencederai kalian.

Oleh sebab itu, Al-Qur’an berpesan, “Siapa yang menjadikan mereka itu orang yang dekat, yaitu meleburkan kepribadiannya sebagai muslim sehingga sama keadaannya (sifat-sifatnya) dengan mereka, oleh ayat ini diaggap sama dengan mereka,” jelas Quraish.

Terakhir, Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang zalim. Menurut Quraish Shihab, petunjuk ada dua macam; umum dan khusus. Petunjuk khusus itu, memberi tahu dan mengantar. Allah memberi tahu kepada semua manusia tentang ini baik dan itu buruk tapi tidak semua diantar oleh-Nya.

Di sisi lain, ada yang tidak sekedar diberitahu jalan baik, namun juga diantar jika orang itu menginginkan. Meski demikian, Allah tidak memberi petunjuk khusus mereka yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/10/al-maidah-ayat-51-menurut-pakar-tafsir-quraish-shihab.html

Selasa, 30 Juli 2013

Santriwati Cantik marks 10 year journey

Jakarta, Santriwati Cantik. Slowly, almost imperceptibly over time, Santriwati Cantik has now marked its 9 year journey since it was launced in the Jakartas Borobudur Hotel on July 11, 2003 as an information center of the Indonesias largest Muslim organization.

A 9 year journey is not so long to measure the success of a media and not too short, given the fact that many online media have come to an end for no longer being capable of surviving amid unexpected challenges.

[MEDIA] marks 10 year journey (Sumber Gambar : Nu Online)
[MEDIA] marks 10 year journey (Sumber Gambar : Nu Online)


Santriwati Cantik marks 10 year journey

Based on public testimonies, the presence of the NU news portal has given many benefits to the people in general and Nahdliyin (NU followers) in particular in regard with the religious views of the ulema organization.

All this is the fruit of solid and strong cooperation from various parties; a solid editorial team, the support of the Central Board of Nahdlatul Ulama (PBNU), the commitment of selfless contributors, advertisers and assistance from other parties.

Santriwati Cantik

There will be lots of challenges ahead that must be faced in line with the development of online media in nature. We are committed to continuing to move forward together and with Nahdliyin as well as providing value-added service to our readers within and outside the country.

Here are the most active contributors in June:

Santriwati Cantik

Syaiful Mustaqim 14

Hairul Anam 10

Qomarul Adib 7

Candra Zaini 7

Abdul Muiz PK 7

Mus Abdurrahman 6

Fahroji 6

Armaidi Tanjung 4

Siddiq Sugiarto 4

Syamsul Akbar 4

Writer : A. Mukafi Niam

Editor : Sudarto Murtaufiq

Santriwati Cantik marks 10 year journey

Slowly, almost imperceptibly over time, Santriwati Cantik has now marked its 9 year journey since it was launced in the Jakartas Borobudur Hotel on July 11, 2003 as an information center of the Indonesias largest Muslim organization.

A 9 year journey is not so long to measure the success of a media and not too short, given the fact that many online media have come to an end for no longer being capable of surviving amid unexpected challenges.

Based on public testimonies, the presence of the NU news portal has given many benefits to the people in general and Nahdliyin (NU followers) in particular in regard with the religious views of the ulema organization.

All this is the fruit of solid and strong cooperation from various parties; a solid editorial team, the support of the Central Board of Nahdlatul Ulama (PBNU), the commitment of selfless contributors, advertisers and assistance from other parties.

There will be lots of challenges ahead that must be faced in line with the development of online media in nature. We are committed to continuing to move forward together and with Nahdliyin as well as providing value-added service to our readers within and outside the country.

Here are the most active contributors in June:

Syaiful Mustaqim 14

Hairul Anam 10

Qomarul Adib 7

Candra Zaini 7

Abdul Muiz PK 7

Mus Abdurrahman 6

Fahroji 6

Armaidi Tanjung 4

Siddiq Sugiarto 4

Syamsul Akbar 4

Writer : A. Mukafi Niam

Editor : Sudarto MurtaufiqSantriwati Cantik marks 10 year journey

Jakarta, Santriwati Cantik. Slowly, almost imperceptibly over time, Santriwati Cantik has now marked its 9 year journey since it was launced in the Jakartas Borobudur Hotel on July 11, 2003 as an information center of the Indonesias largest Muslim organization.

A 9 year journey is not so long to measure the success of a media and not too short, given the fact that many online media have come to an end for no longer being capable of surviving amid unexpected challenges.

Based on public testimonies, the presence of the NU news portal has given many benefits to the people in general and Nahdliyin (NU followers) in particular in regard with the religious views of the ulema organization.

All this is the fruit of solid and strong cooperation from various parties; a solid editorial team, the support of the Central Board of Nahdlatul Ulama (PBNU), the commitment of selfless contributors, advertisers and assistance from other parties.

There will be lots of challenges ahead that must be faced in line with the development of online media in nature. We are committed to continuing to move forward together and with Nahdliyin as well as providing value-added service to our readers within and outside the country.

Here are the most active contributors in June:

Syaiful Mustaqim 14

Hairul Anam 10

Qomarul Adib 7

Candra Zaini 7

Abdul Muiz PK 7

Mus Abdurrahman 6

Fahroji 6

Armaidi Tanjung 4

Siddiq Sugiarto 4

Syamsul Akbar 4

Writer : A. Mukafi Niam

Editor : Sudarto Murtaufiq

Dari (News) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/38709/nu-online-marks-10-year-journey

Santriwati Cantik

Senin, 23 Januari 2012

Meneladani Nasionalisme Guru Tua Habib Idrus Aljufri

Santriwati Cantik - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak umat Islam di Sulawesi untuk meneladani nasionalisme dan kecintaan Guru Tua Sayyid Idrus bin Salim (SIS) Al Jufri kepada Tanah Air. Ajakan ini disampaikan Menag saat memberikan sambutan pada peringatan haul ke-48 wafatnya Guru Tua SIS al Jufri di Perguruan Islam Al Khairat di Palu, Sulawesi Tengah.

Ribuan santri dan alumni Al-Khairat atau yang disebut dengan Abnaul Khairat berkumpul bersama para habaib, ulama, dan pejabat pemerintah provinsi serta pemerintah kabupaten/kota untuk bersama mengenang jasa dan memanjatkan doa bagi almarhum Guru Tua. Menag dalam sambutannya mengatakan, haul bukan sekedar moment mengenang dan menyebut kebaikan almarhum. Lebih dari itu, haul adalah momen meneladani perjuangan almarhum.

Menurut Menag, setidaknya ada empat keteladanan yang bisa dicontoh dari sosok Guru Tua SIS Al-Jufri. Pertama, kecintaan almarhum kepada Tanah Air. Menyitir salah satu bait syair yang ditulis Guru Tua, Menag menggelorakan semangat kecintaan kepada Tanah Air kepada ribuan Abnaul Khairat yang hadir.

Meneladani Nasionalisme Guru Tua Habib Idrus Aljufri - Santriwati Cantik
Meneladani Nasionalisme Guru Tua Habib Idrus Aljufri - Santriwati Cantik


Meneladani Nasionalisme Guru Tua Habib Idrus Aljufri

“Wahai bendera kebangsaan! Berkibarlah di angkasa, di batas bumi dan gunung nan hijau. Setiap bangsa memiliki lambang kemuliaan dan lambang kemuliaan kita adalah Merah Putih,” pekik Menag disambut salawat para Abnaul Khairat, Minggu (17/07).

Santriwati Cantik

Menurut dosen IAIN Datokarama Palu Dr. Abdul Gani Jumat, MA, akar nasionalisme guru tua berasal dari ibunya, Andi Syarifah Nur yang merupakan warga Negara Indonesia. Sejak kedatangannya yang pertama kali pada 1911M dan kedatangan kedua pada 1922M, serta sejak Muktamar Al Khairat yang pertama, Guru Tua tidak pernah mempersoalkan Pancasila sebagai dasar negara.

Keteladanan kedua, komitmen Guru Tua dalam memperluas areal dakwah hingga lintas pulau dan lintas negara. “Lahir di Hadramaut pada Maret 1891M, almarhum hijrah ke Jawa dan Sulawesi untuk berdakwah. Sambil berdagang, almarhum tidak berhenti berdakwah sampai Palu. Tidak menyerah saat menjumpai hambatan ketika berdakwah dan lebih mendahulukan pendekatan hikmah, mau’idhah hasanah, dan kalau perlu mijadalah dengan argumentasi,” terang Menag.

Keteladanan ketiga, lanjut Lukman, adalah komitmen almarhum dalam jihad pendidikan. Dikatakan Menag, almarhum adalah sosok yang sukses dalam memperluas pengertian jihad, tidak hanya berupa perang fisik semata, tapi juga pendirian lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga tinggi.

Santriwati Cantik

Keteladanan keempat, lanjut Menag, adalah pilihan Guru Tua SIS Al Jufri untuk berjuang bersama dalam organisasi dengan mendirikan Al Khairat. “Dengan organisasi ini, almarhum bisa mengefektifkan perjuangan dan melipatgandakan keberhasikan,” tegasnya.

“Sekarang, bagaimana kita memperbesar organisasi yang sudah ada,” tantang Menag kepada hadirin. Sementara itu, Ketua Utama al Khairat Sayyid Saggaf bin Muhammad bin Idrus bin Salim al Jufri mengajak Abnaul Khairat untuk mengamalkan ajaran SIS Al Jufri. “Kalau kalian cinta kepada Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri, maka tidak sekedar hadir di sini setiap tahun untuk acara haul. Tapi laksanakan seluruh ajaran beliau,” pesannya.

Sebelumnya, mewakili Gubernur, Deputy I Gubernur Sulteng mengatakan bahwa peringatan haul patut menjadi referensi utama dalam mengikuti ajaran Sayyid Idrus bin Salim. Menurutnya, Pemprov terus memberikan apresiasi kepada Abnaul Khairat yang telah menunjukkan pengabdian nyata dalam pembangunan, baik dalam keagamaan, pendidikan, dan lainnya.

“Kami mengajak abnaul khairat untuk terus berada pada barisan terdepan dalam memperkokoh persaudaraan dan menjauhkan segala bentuk perbedaan. Jadikan perbedaan sebagai sarana mencapai kesempurnaan,” ujarnya. [Santriwati Cantik

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/meneladani-nasionalisme-guru-tua-habib-idrus-aljufri.html

Kamis, 15 Desember 2011

Pesantren Maslakul Huda Kajen Adakan Pelatihan Menulis

Pati, Santriwati Cantik. Pondok Pesantren Maslakul Huda Kajen Margoyoso Pati mengadakan pelatihan menulis bertempat di aula Pondok Pesantren, Jumat (11/12/). Dengan narasumber Khoirun Niam dari Ketua Komite Dewan Kesenian Pati. Pelatihan ini dikhususkan untuk penulisan cerpen dan puisi. Penulisan cerpen dan puisi tersebut dipilih sebab sebagian santri menyukai sastra.

Rencana setelah pelatihan ini, para santri akan membuat sebuah antologi bersama baik cerpen atau pun puisi, jelas Muhammad Wafa, Ketua Pondok Pesantren Maslakul Huda.

Pesantren Maslakul Huda Kajen Adakan Pelatihan Menulis (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Maslakul Huda Kajen Adakan Pelatihan Menulis (Sumber Gambar : Nu Online)


Pesantren Maslakul Huda Kajen Adakan Pelatihan Menulis

Yang perlu dibutuhkan seorang penulis adalah konsisten dan pembiasaan dan suka membaca. Jika kita sudah terbiasa menulis maka suatu saat nanti akan menikmati hasilnya. Tak ada cara yang jlimet atau rumit dalam menulis, sebab menulis ya menulis, ujar Khoirun Niam sebagai narasumber.

Santriwati Cantik

Lanjut Niam, puisi bisa dikatakan sebuah karya sastra yang sangat mudah ketimbang cerpen dan novel, karena puisi lahirnya dari hati dan perasaan. Apa yang kita rasakan dapat kita puisikan. Agar pembuatan diksi dalam puisi menjadi bagus dan indah maka sering-seringlah membaca karya puisi penyair terdahulu. Soal baik buruknya karya puisi kita biarlah para kritikus sastra yang menilai.

Acara dimulai pukul 08.00 WIB hingga 10.30 WIB, selain penjelasan secara materi para peserta pun disuruh praktik menulis puisi dan ke tiga puisi yang terbaik hasil seleksi narasumber akan di berikan buku secara gratis.

Santriwati Cantik

Setiap saya mengisi acara, tidak pernah lupa untuk membagi-bagikan buku gratis kepada peserta hal tersebut saya lakukan sebagai salah satu strategi untuk memperjuangkan minat baca dan mendorong orang lain menyukai dunia menulis, pungkas Niam. (Red: Fathoni)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/64213/pesantren-maslakul-huda-kajen-adakan-pelatihan-menulis

Santriwati Cantik

Selasa, 14 Juni 2011

Kalau Hanya Belajar Islam, Ngapain ke Timur Tengah?

Santriwati Cantik - Dengan ini saya anjurkan kepada para bapak dan ibu kaum muslim/ muslimah di Indonesia tidak perlu repot-repot menyekolahkan anak-anaknya ke negara-negara Arab kalau tujuannya hanya sekedar untuk mempelajari Islam, belajar Bahasa Arab atau mengaji kitab-kitab keislaman.

Sekali lagi, kalau tujuannya hanya untuk belajar masalah ini (kalau punya tujuan lain ya lain lagi persoalannya), di Indonesia saja sudah cukup. Pondok-pondok pesantren, khususnya milik Nahdlatul Ulama (NU) sudah melimpah-ruah di kota maupun desa. Indonesia kini juga sudah surplus kiai, baik tua maupun muda, yang sangat mumpuni dalam masalah ini.

Lagi pula, untuk apa menyekolahkan anak jauh-jauh ke Arab untuk "belajar Islam" kalau pada akhirnya kelak ketika selesai sekolah malah menjadi "malin kundang" yang, atas nama "kemurnian Islam" dan "tegaknya tauhid", berani melawan orang tua, mengafirsesatkan mereka, membidahkan amalan-amalan keagamaan mereka dan seterusnya. Nanti Anda sendiri yang akan kerepotan loh: mau dibiarkan kurang ajar, mau digampar itu anak sendiri. Repot kan?

Kalau Hanya Belajar Islam, Ngapain ke Timur Tengah? - Santriwati Cantik
Kalau Hanya Belajar Islam, Ngapain ke Timur Tengah? - Santriwati Cantik


Kalau Hanya Belajar Islam, Ngapain ke Timur Tengah?

Santriwati Cantik

Bukan hanya melawan orang tua saja loh. Para ulama dan kiai yang kebetulan berbeda pemikiran juga dikapir-kapirkan oleh "anak kemarin sore" yang baru sunat ini. Tidak sebatas itu. Sebagian mereka bahkan tega untuk mengpitnah dan mengungkapkan kata-kata kotor dengan beliau-beliau. Padahal beliau-beliau itu masya Allah ulama yang sangat rendah hati, alim dan saleh dalam segala hal. Kok tega ya mereka melakukan itu?

Terus? Sudah jauh-jauh sekolah dan "menuntut ilmu keislaman", pulang-pulang malah menjadi "provokator kebencian" yang anti-pati terhadap tetangga, non-muslim dan bahkan terhadap sesama muslim itu sendiri yang hanya secara kebetulan berbeda mazhab, pandangan, pemikiran, dan praktek keagamaan dengan mereka. Repot kan? Hidup di dunia yang warna-warni kok "kaku-regeng" kayak tiang listrik, tidak mau toleran dengan keragaman. Emang bumi ini milik engkong mereka apa?

Sudah cukup? Belum. Mereka juga mengharamkan bendera merah-putih, memusyrikkan penghormatan terhadapnya, mengthogutkan Pancasila dan Konstitusi, "menerakakan" para pejuang dan pahlawan bangsa. Wis embuh lah. Banyak pokoknya yang aneh-aneh dan "unyu-unyu" dari tingkah-polah mereka. Tapi sebagian loh, tidak semua alumni Timur Tengah yang belajar Islam bersikap seperti ini. Entar ada yang ngamuk-ngamuk lagi.

Santriwati Cantik

Nah, kalau mondok di pesantren-pesantren NU, nanti akan lain ceritanya. Anak-anak nanti diajari untuk mencitai ulama, mencintai bangsa, negara dan Tanah Air, menghormati orang tua, toleran terhadap sesama manusia, ramah terhadap tetangga, mencitai tradisi dan budaya bangsa. Pokoknya banyak deh yang baek-baek.

Dan sudah barang tentu, para santri akan mendapatkan pelajaran-pelajaran keislaman yang "yahud" (tanpa "i"), keislaman yang ramah dan respek dengan kemajemukan pemikiran, keragaman mazhab, dan perbedaan pendapat. Yuk, kita semarakkan gerakan cinta Pokemon (Pokoke Mondok). [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/kalau-hanya-belajar-islam-ngapain-ke-timur-tengah.html

Senin, 21 Maret 2011

Memesona, Beginilah Ketika Para Guru Mulia Bertemu

Santriwati Cantik - Satu hal yang saya syukuri di tengah berita menguatnya konservatisme di tubuh umat, kita masih punya para guru mulia yang tanpa lelah memberi kita tetesen ilmu dan hikmah. Di antara para guru mulia itu ada tercatat nama Prof Dr KH Muhammad Quraish Shihab. Abah saya sejak dulu mengajarkan saya untuk memanggil Rektor saya saat di IAIN dulu ini dengan sebutan Habib Quraish.

Saya penggagum berat Habib Quraish. Selalu ada ilmu baru setiap membaca tulisannya ataupun menyimak ceramahnya. Beliau santun, rendah hati, dan mengayomi. Beliau produktif berkarya, dan terus berkarya meski sering difitnah macam-macam.

Memesona, Beginilah Ketika Para Guru Mulia Bertemu - Santriwati Cantik
Memesona, Beginilah Ketika Para Guru Mulia Bertemu - Santriwati Cantik


Memesona, Beginilah Ketika Para Guru Mulia Bertemu

Ketika sahabat saya al-Syekh al-Duktur Faried Saenong mengabarkan bahwa Habib Quraish hendak bersilaturahmi dengan kedua guru mulia lainnya, hati saya begitu bergembira. Hari ini sahabat Faried mengirimkan foto-foto pertemuan Habib Quraish dengan DR KH A Mustafa Bisri di Rembang dan Al-Allamah KH Maimoen Zubair di Sarang. Saya pengagum ketiganya. Duh, berita pertemuan mereka bagaikan setetes air sejuk di padang pasir yang terik. Memesona! (Gus Mus Kecam Pendakwah yang Main Hakim Sendiri).

Foto: Habib Quraish dan KH Maimoen Zubair (1) Foto: Habib Quraish dan KH Maimoen Zubair (2)

Santriwati Cantik

Kabarnya, selain silaturahmi, Habib Quraish meminta doa kedua tokoh pesantren NU ini untuk cucu beliau yang tengah semangat belajar Islam. Kita tentu turut mengaminkan agar dari keturunan beliau muncul tokoh yang melanjutkan tongkat estafet keilmuan yang mencerahkan umat. Foto di atas diambil pada Sabtu (24/12/2016).

Santriwati Cantik

Habib Quraish meminta Gus Mus membaca puisi. Ganti Gus Mus yang meminta Habib Quraish membaca doa. Saat di Sarang, perbincangan Habib Quraish dan Mbah Moen berlangsung dalam bahasa Arab, termasuk saling bertukar joke.

Foto: Habib Quraish Syihab salaman dengan KH Mustofa Bisri (1) Foto: Habib Quraish Syihab sedang berdoa bersama KH Mustofa Bisri (2)

Indah, teladan para guru mulia ini. Semoga Allah memberi umur panjang, kesehatan dan keberkahan kepada Habib Quraish, Mbah Moen dan Gus Mus. Semoga silaturahmi para guru mulia ini dapat menjadi inspirasi kita semua untuk melanjutkan perjuangan mereka menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin. [Santriwati Cantik]

Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia - New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School

Oleh Nadirsyah Hosen

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/memesona-beginilah-ketika-para-guru-mulia-bertemu.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Santriwati Cantik sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Santriwati Cantik. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Santriwati Cantik dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock