Tampilkan postingan dengan label Hadis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadis. Tampilkan semua postingan

Senin, 24 Oktober 2016

Pesantren Global Napak Tilas Penaklukan Konstantinopel

Malang, Santriwati Cantik. Kajian rutin yang diasuh langsung oleh Agus Sunyoto di Pesantren Global, Malang, Selasa (26/2), menapaktilasi perjuangan Muhammad al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel. Dimulai dengan nonton bareng film Fetih 1453yang menceritakan perjuangan Muhammad al-Fatih dalam menaklukkan Konstantinopel.

Setelah melihat perjuangan al-Fatih, Agus Sunyoto dan beberapa santri yang hadir merefleksikan kisah film yang di adopsi dari novel yang berjudul Fetih 1453 tersebut.

Pesantren Global Napak Tilas Penaklukan Konstantinopel (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Global Napak Tilas Penaklukan Konstantinopel (Sumber Gambar : Nu Online)


Pesantren Global Napak Tilas Penaklukan Konstantinopel

Menurut Romo, sapaan akrab Agus Sunyoto di Pesantren itu, negara yang kuat akan terbentuk dengan kecintaan masyarakatnya. Hal itu terlihat jelas dalam film itu, dimulai dari warga, tentara, penasehat hingga sultan sangat menjunjung tinggi negara hingga akhirnya memperoleh kemenangan, meski dengan perjuangan yang tidak sebentar, 40 hari lebih.

Kecintaan seorang pimpinan harusnya tergambar dalam tindak-tanduk Murat sultan sebelum Mahmet yang lebih mencintai negara dengan mendedikasikan dirinya pada negara, bahkan mengesampingkan keluarganya sendiri, Itulah yang dibutuhkan Indonesia saat ini, dan masih belum ada hingga saat ini, ujarnya.

Santriwati Cantik

Selain itu, sejarah yang tidak boleh dilupakan dari perjalanan Muhammad al-Fatih ialah sikap moderat selaku pemimpin. Pola kepemimpinan Muhammad al-Fatih hampir sama dengan apa yang telah dilakukan oleh Sholahuddin al-ayyubi, yakni ketika menang dalam peperangan tidak semena-mena balas dendam dan membunuh semua musuh, namun sebaliknya, Mahmet II memberi kebebasan beragama dan keamanan pada siapapun.

Hal ini yang tidak pernah dilakukan oleh bangsa Eropa ketika menjajah. Mereka akan memberangus habis semua jajahan dan memaksakan ajaran Katolik, tak pelak dendam dan konflik pun akan terus terjadi antara katolik dan Kristen ortodoks akibat perbuatan keji sang pemenang perang.

Santriwati Cantik

Masa ketika Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel adalah masa awal Wali Songo di Indonesia, pungkas Agus.

Pesantren Global Tarbiyatul Arifin sendoro yang bertempat di belakang Pemandian Wendit, Malang. Pesantren ini dibesut oleh Agus Sunyoto, sejarawan NU penyusun Atlas Wali Songo.

Redaktur : A. Khoirul Anam

Kontributor: Diana Manzila

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/42798/pesantren-global-napak-tilas-penaklukan-konstantinopel

Santriwati Cantik

Senin, 02 Juni 2014

Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab

Santriwati Cantik - Seperti diketahui, ayat dari Surah Al-Maidah yang kerap disebut sebagai dalil menolak ‘pemimpin kafir’ itu ialah:

Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik
Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik


Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi ‘awliya’; sebahagian mereka adalah awliya bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 51).

Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik
Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik


Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab



Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik
Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab - Santriwati Cantik


Al Maidah Ayat 51 Menurut Pakar Tafsir Quraish Shihab

Benarkah ayat di atas menyerukan penolakan “pemimpin kafir”? Menurut pakar tafsir Al-Qur’an Prof. Quraish Shihab, ayat di atas tidaklah berdiri sendiri, namun memiliki kaitan dengan ayat-ayat sebelumnya. Hanya memenggal satu ayat dan melepaskan ayat lain berimplikasi pada kesimpulan akhir. Padahal, Al-Maidah ayat 51 merupakan kelanjutan atau konsekuensi dari petunjuk-petunjuk sebelumnya.

“Konsekuensi dari sikap orang yang memusuhi Al-Qur’an, enggan mengikuti tuntunannya…”

Pada ayat sebelumnya, Al-Qur’an diturunkan untuk meluruskan apa yang keliru dari kitab Taurat dan Injil akibat ulah kaum-kaum sebelumnya. Jika mereka – Yahudi dan Nasrani, enggan mengikuti tuntunan Al-Qu’ran, maka mereka berarti memberi ‘peluang’ pada Allah untuk menjatuhkan siksa terhadap mereka karena dosa-dosa yang mereka lakukan.

“Jadi, mereka dinilai enggan mengikuti tuntunan Tuhan tapi senang mengikuti tuntunan jahiliyah,” kata Quraish Shihab dalam pengajian Tafsir Al-Qur’an di salah satu stasiun TV swasta.

Lalu, dilanjutkan oleh ayat 51 surat Al-Maidah. Kalau memang seperti itu sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani – mengubah kitab suci mereka, enggan mengikuti Al-Qur’an, keinginannya mengikuti jahiliyah, – “Maka wahai orang-orang beriman janganlah engkau menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagaiawliya.”

Bagi Quraish Shihab, hubungan ayat ini dan ayat sebelumnya sangat ketat. “Kalau begitu sifat-sifatnya, jangan jadikan mereka awliya. Nah, awliya itu apa?,” tanya Quraish memantik diskusi sebelum mengkaji lebih dalam.

‘Awliya’ ialah jamak atau bentuk plural dari ‘wali’. Di Indonesia, kata ini populer sehingga ada kata wali-kota, wali-nikah dan seterusnya. Wali ialah, kata penulis Tafsir Al Misbah ini, pada mulanya berarti “yang dekat”. Karena itu,waliyullah juga bisa diartikan orang yang dekat dengan Allah.

“Wali kota itu berarti yang mestinya paling dekat dengan masyarakat. Orang yang paling cepat membantu Anda, ialah orang yang paling dekat membantu Anda. Nah, dari sini lantas dikatakan bahwa wali itu pemimpin atau penolong.”

Adapun wali dalam pernikahan – apalagi terhadap anak gadis – sebenarnya fungsinya melindungi anak gadis itu dari pria yang hanya ingin ‘iseng’ padanya. Seseorang yang dekat pada yang lain, berarti ia senang padanya. Karena itu, iblis jauh dari kebaikan karena ia tidak senang. “Dari sini, kata ‘wali’ yang jamaknya ‘awliya’ memiliki makna bermacam-macam.”

Yang jelas, kata jebolan Al Azhar Mesir ini, kalau ia dalam konteks hubungan antar manusia, berarti persahabatan yang begitu kental. Sedemikan hingga tidak ada lagi rahasia di antara mereka. Demikian pula hubungan suami-istri yang dileburkan oleh cinta.

“Dalam ayat ini, jangan angkat mereka –Yahudi dan Nasrani- yang sifatnya seperti dikemukakan pada ayat sebelumnya menjadi wali atau orang dekatmu. Sehingga engkau membocorkan rahasia kepada mereka.”

Dengan demikian, ‘awliya’ bukan sebatas bermakna pemimpin, kata Quraish Shihab. “Itu pun, sekali lagi, jika mereka enggan mengikuti tuntunan Allah dan hanya mau mengikuti tuntunan Jahiliyah seperti ayat yang lain.”

Contohnya, jika mereka juga menginginkan kemaslahatan untuk kita, boleh tidak kita bersahabat? Quraish Shihab kembali bertanya, jika ada pilihan antara pilot pesawat yang pandai namun kafir dan pilot kurang pandai yang muslim, “pilih mana?” sontak jamaah yang hadir pun tertawa.

Atau, pilihan antara dokter kafir yang kaya pengalaman dan dokter muslim tapi minim pengalaman. Dalam konteks seperti ini, bagi Quraish Shihab, tidak dilarang. Yang terlarang ialah melebur sehingga tidak ada lagi perbedaan termasuk dalam kepribadian dan keyakinan. Karena tidak ada lagi batas, kita menyampaikan hal-hal yang berupa rahasia pada mereka. “Itu yang terlarang,” tegasnya.

Namun, kalau pergaulan sehari-hari, dagang, membeli barang dari tokonya dan sebagainya, tidaklah dilarang. Selanjutnya, ayat ini berbicara tentang sebagian mereka adalah awliya bagi sebagian yang lain. Artinya, sebagian orang Yahudi bekerjasama dengan orang Nasrani yang walaupun keduanya beda agama namun kepentingannya sama, yaitu mencederai kalian.

Oleh sebab itu, Al-Qur’an berpesan, “Siapa yang menjadikan mereka itu orang yang dekat, yaitu meleburkan kepribadiannya sebagai muslim sehingga sama keadaannya (sifat-sifatnya) dengan mereka, oleh ayat ini diaggap sama dengan mereka,” jelas Quraish.

Terakhir, Allah tidak memberi petunjuk pada orang-orang zalim. Menurut Quraish Shihab, petunjuk ada dua macam; umum dan khusus. Petunjuk khusus itu, memberi tahu dan mengantar. Allah memberi tahu kepada semua manusia tentang ini baik dan itu buruk tapi tidak semua diantar oleh-Nya.

Di sisi lain, ada yang tidak sekedar diberitahu jalan baik, namun juga diantar jika orang itu menginginkan. Meski demikian, Allah tidak memberi petunjuk khusus mereka yang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/10/al-maidah-ayat-51-menurut-pakar-tafsir-quraish-shihab.html

Jumat, 08 November 2013

Membongkar Rencana Busuk Khasebul Katholik

Niat ingsun, lillahi ta’ala untuk keadilan, kedamaian, dan kemanusiaan.Santriwati Cantik - Saya telah tuntas membaca buku Islam Jowo Bertutur Sabdaraja: Pertarungan Kebudayaan, khasebul, dan Kerja Misi, karya teman seperguruan, Mbakyu Bray Sri Paweling. Isi di dalamnya sungguh mendebarkan, dan saya 101 persen membenarkan analisis Mbakyu Weling—panggilan akrab Bray Sri Paweling.

Saya juga mengikuti tanggapan dan respons dari sejumlah kalangan, termasuk resensi yang digubah oleh penulis anonim, Khasebul Katolik dan Runtuhnya Islam-Tradisi Jawa dan tanggapan dari seorang bernama Natalius Pigai, Benarkah Pater Beek, CSIS, dan Misi Katolik Merusak Budaya Jawa dan Kesultanan.

Membongkar Rencana Busuk Khasebul Katholik - Santriwati Cantik
Membongkar Rencana Busuk Khasebul Katholik - Santriwati Cantik


Membongkar Rencana Busuk Khasebul Katholik

Tentang tulisan pertama dari penulis anonim, saya tidak punya komentar, karena 99% sejalan dengan ide dalam buku Mbakyu Weling, sedangkan untuk tulisan kedua, ada beberapa catatan yang ingin saya jelaskan di sini.

Santriwati Cantik

Pertama, Natalius sepertinya ahistoris dan salah duga, yang menyebutkan seolah-olah penulis resensi buku Mbakyu Weling adalah Dr. Syaganda Nainggolan, padahal bukan, sebagaimana telah saya konfirmasi langsung kepada teman-teman paguyuban Islam Jawa. Kesalahan Natalius ini sebenarnya remeh, tapi cukup mengganggu konsentrasi dengan tiba-tiba menyebut Syaganda. Mungkin, Natalius membaca resensi buku yang penulisnya anonim itu karena diposting oleh saudara Syaganda, sehingga menduga kalau penulisnya adalah si pemosting.

Kedua, tulisan Natalius sama sekali tidak menyinggung pada pokok pikiran yang ada dalam resensi buku maupun bukunya langsung, sebab saya yakin, ia belum membaca dan memilikinya. Jadi wajar kalau tulisannya terasa hambar, seperti tubuh tak bertulang. Tetapi, Natalius justru mengafirmasi berdasarkan analisa historis yang ia kemukakan, bahwa memang telah terjadi konspirasi sejak tahun 1960-an yang dilakukan oleh Pater Beek, CSIS, dan Khasebul untuk kerja-kerja misi.

Pengakuan Natalius tersebut semakin menguatkan data-data yang terhampar detail dalam buku Mbakyu Weling. Dan yang lebih utama, afirmasi Natalius semakin meyakinkakan kami bahwa Khasebul alias fundamentalisme Katolik itu bukanlah hantu atau fiktif, tetapi berwujud nyata dan telah berhasil melakukan banyak agenda gerakan misi “Katolikisasi”.

Santriwati Cantik

Ketiga, Natalius berlindung di balik sejarah tentang akulturasi budaya Jawa Keraton dengan ajaran Katolik, yang menurutnya telah berlangsung lama sejak pra-kemerdekaan RI, bahkan konon era Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921). Argumen ini sepintas benar, tetapi justru merunyamkan masalah.

Natalius tidak jeli dan abai bahwa sejak Amangkurat IV (1719-1724) merupakan orang pertama menggunakan gelar khalifatullah, yang menegaskan perubahan konsep lama raja Jawa, dari perwujudan dewa menjadi wakil Allah di dunia. Dan ini jelas dan nyata pengaruh Islam sangat kuat serta formal, sebagaimana terlihat dalam gelar Sultan: Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati ing Alaga Abdur Rahman Sayidin Panatagama Kalifatullah.

Tentang Sultan Hamengkubuwono VII yang disebutkan sangat toleran dan mengizinkan penyebaran agama Katolik di bumi Jogja itu adalah keniscayaan sebagai konsekuensi dari gelar Abdur Rahman Sayyidin Panatagama, yang berarti Sultan dianggap sebagai penata, pemuka dan pelindung agama, dan khalifatullah sebagai wakil Allah di muka bumi.

Tetapi yang terjadi hari ini, atau tepatnya sejak 2005 pasca-Sabdaraja, gelar yang menunjukkan simbol Islam itu telah dihapus atas inisiatif lingkaran Khasebul, seperti tertuang tegas dalam buku Mbakyu Weling, berdasarkan pengakuan langsung dari informan internal Keraton dan orang-orang Khasebul.

Pada akhirnya, saya memaklumi, Natalius yang berada di Jakarta tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Jogja. Kami yang berada di sekitar Keraton, dan bahkan di bilik cagaknya, bukan hanya suara jangkring yang terdengar, tapi juga rencana busuk Khasebul fundamentalisme Katolik lewat lingkaran orang-orang dekat Sultan.

Apa perlu kami ceritakan pula bagaimana Kristenisasi itu berlangsung kejam sejak era kolonialisme Belanda lewat Fransiscus Georgius Josephus van Lith—yang oleh Natalius disebut sebagai misionaris Belanda yang berkarya di Jawa—berhasil merekrut secara massal anak-anak muslim yang kala itu sekolah, sampai-sampai Karel Steenbrink mencatat, bahwa anak laki-laki yang masuk sekolah Katolik adalah semuanya muslim dan semuanya tamat sebagai orang Katolik. Korban utama dari Kristenisasi generasi awal dari kalangan pribumi ini adalah Soegijapranata, atau dikenal sebagai Romo Sogieja, yang tak lain adalah cucu dari seorang kiai di Jogja.

Atau apa perlu juga kami update berita tentang bagaimana Kristenisasi itu masih terus berlangsung sampai hari ini, di sekitaran Merapi-Merbabu, Kulonprogo, dan Gunungkidul, atau dari arah Muntilan-Magelang? Kami tahu semua, dan sengaja memilih diam dengan paling hanya melakukan peneguran secara kekeluargaan. Kami sadar, bahwa fundamentalisme Katolik melakukan kerja misi dengan cara memanfaatkan jargon Jogja city of tolerance.

Tetapi apa terus kami akan diam? Tidak! Di balik layar, kami akan bergerilya dan membangunkan semua jaringan untuk membentengi akidah umat Islam. Sedangkan di muka layar, atas nama toleransi, kami orang Jogja, juga siap menyambut rencana kunjungan Paus Fransiskus, pimpinan tertinggi umat Katolik, yang dijadwalkan tahun 2017 akan melewati karpet merah-darah Keraton Yogyakarta.

Suatu saat nanti, mungkin kami perlu membangunkan kembali dan menjalin kerjasama dengan ormas-ormas Islam yang sejak awal kontra-Kristenisasi, dari yang moderat sampai garis keras. Dan kepada kelompok Khasebul, teruslah berkelit atas fenomena ini, karena dengan cara itu kami bisa bangkit, amunisi data masih menumpuk, untuk sekadar berkampanye buruk rupa umat Katolik, agar tercipta kesadaran “Katolikfobia” di Indonesia. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/06/membongkar-rencana-busuk-khasebul-katholik.html

Sabtu, 21 September 2013

Ansor Kencong Gelar Baksos Pengerasan Jalan dan Santunan

Jember, Santriwati Cantik. Banjir kali Kencong beberapa waktu lalu menimbulkan kerusakan berbagai fasilitas umum masyarakat yang berada di tiga desa dalam wilayah kecamatan Kencong dan Gumukmas. Ketiga dusun tersebut meliputi, dusun Sidonganti desa Kraton dan dusun Paseban desa Paseban kecamatan Kencong serta dusun Panggulmlati desa Kepanjen kecamatan Gumukmas.

Kerusakan terparah dialami oleh dusun Sidonganti desa Kraton, yang merupakan kawasan jebolnya tanggul kali Kencong, yaitu banyaknya jalan-jalan kampung yang tinggal batu-batunya saja, sehingga menyulitkan pengendara motor melaluinya karena kuatir bannya kempes.

Ansor Kencong Gelar Baksos Pengerasan Jalan dan Santunan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Kencong Gelar Baksos Pengerasan Jalan dan Santunan (Sumber Gambar : Nu Online)


Ansor Kencong Gelar Baksos Pengerasan Jalan dan Santunan

Mendapat mandat dari PCNU Kencong, Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kencong bergerak untuk melakukan perbaikan berbagai fasilitas umat tersebut.

Dengan menggunakan dana warga NU, yang dikumpulkan melalui LP Maarif dan Jamiyyah yang ada di berbagai Ranting, PC GP Ansor melaksanakan tugas mulia tersebut.

Santriwati Cantik

Ada sekitar 1,5 Km jalan yang sudah diperbaiki, 7 musholla, satu Taman Kanak-kanak dan satu Madrasah Ibtidaiyah, dan pembagian sembako untuk 35 janda tua yang miskin, kata Tus Mundzir koordinator aksi sosial GP Ansor Kencong yang merupakan penduduk asli dusun Sidonganti ini.

Santriwati Cantik

Alhamdulillah kondisinya sekarang sudah lebih baik, terutama Musholla-musholla ini, masyarakat sangat berterima kasih sekali, lebih-lebih menghadapi bulan suci Ramadhan ini, lanjut Mundzir, kordinator bidang advokasi Ansor cabang Kencong ini.

Masih menurut Mudzir, aksi yang melibatkan Ansor dan Banser serta masyarakat ini perlu diperluas. Masyarakat sangat berharap aksi ini terus dilanjutkan, karena masih banyak masyarakat yang berada di bantaran sungai ini kondisinya memprihatinkan, terutama sarana jalan dan fasilitas umum lainnya, tandasnya.

Kita tidak bisa terlalu berharap kepada pemerintah untuk turun melihat kondisi masyarakat di bawah, urai Mundzir.

Sementara itu, ketua Ansor Cabang Kencong, sangat berharap kepada pihak-pihak yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan masyarakat untuk menggandeng Ansor.

Insya Allah kami amanah," kata Abd. Rohim, di tengah-tengah aksi Baksos yang digelar sehari tersebut.

Kemampuan kami sementara ini hanya sebatas memperbaiki jalan, muholla dan madrasah serta menyantuni beberapa janda tua yang miskin, kata Rohim yang beberapa hari ini selalu turun ke lokasi untuk mempersiapkan aksi ini.

Ia menegaskan masih banyak yang harus dilakukan agar keadaan benar-benar pulih seperti sedia kala, kata Rohim saat penutupan kegiatan baksos tersebut.

Redaktur: Mukafi Niam

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/44786/ansor-kencong-gelar-baksos-pengerasan-jalan-dan-santunan

Santriwati Cantik

Senin, 27 Agustus 2012

Ini Lirik Pesantren Cipasung Karya Doel Sumbang

Tasikmalaya, Santriwati Cantik. Doel Sumbang menciptakan lagu Pesantren Cipasung yang diluncurkan di pesantren yang didirikan KH Ruhiat tersebut, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, pada Jumat (17/9).

Ini lirik pesantren Cipasung Karya Doel Sumbang tersebut:

Ini Lirik Pesantren Cipasung Karya Doel Sumbang (Sumber Gambar : Nu Online)
Ini Lirik Pesantren Cipasung Karya Doel Sumbang (Sumber Gambar : Nu Online)


Ini Lirik Pesantren Cipasung Karya Doel Sumbang

Pasantren Cipasung

Di pasantren Cipasung, na kelek Gunung Galunggung.

Santriwati Cantik

Opat welas Silih Mulud, caang bulan narawangan.

Budak santri diburuan, ulin tinu kabagjaan.

Sempau, guyon, gogonjakan

Santriwati Cantik

Nareumbang silih tembalan.

Tembang asih kaimanan

Tembang deudeuh kaislaman

Rumpakna kaakheratan

Wirahma kasalametan.

Di pasantren Cipasung, na kelek Gunung Galunggung.

Muka jalan, ngemparay hurung

Ngarah lengkah heunteu linglung.

Di pasantren Cipasung, na kelek Gunung Galunggung.

Nimba elmu anu luhung, sangkan hirup teu kaduhung.

Ini Video Klip Lagu Pesantren Cipasung : http://www.ponpescipasung.com/2016/05/video-clip-lagu-cipasung.html. (Husni Mubarok/Abdullah Alawi)

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/71336/ini-lirik-pesantren-cipasung-karya-doel-sumbang-

Santriwati Cantik

Senin, 19 September 2011

Gus Mus: Kalau Mau Bicara Islam, ya Mengaji, Jangan dari Buku Terjemahan

Santriwati Cantik - Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak baru akan berlangsung 15 Februari mendatang. Akan tetapi, iklim politik sudah mulai memanas. Potensi penggunaan isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dalam pilkada pun telah bermunculan. Salah satunya, meruaknya kontroversi terkait pidato Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu.

Ahok pun belakangan dituduh menistakan agama Islam. KH Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin atau Taman Pelajar Islam, Desa Leteh, Rembang, Jateng, yang karib disapa Gus Mus, melihat fenomena itu akibat kondisi masyarakat yang belum siap menerima perbedaan.

Gus Mus: Kalau Mau Bicara Islam, ya Mengaji, Jangan dari Buku Terjemahan - Santriwati Cantik
Gus Mus: Kalau Mau Bicara Islam, ya Mengaji, Jangan dari Buku Terjemahan - Santriwati Cantik


Gus Mus: Kalau Mau Bicara Islam, ya Mengaji, Jangan dari Buku Terjemahan

Untuk mengetahui lebih jauh pandangan Gus Mus, wartawan Santriwati Cantik, Furqon Ulya Himawan, mewawancarai kiai karismatik itu, Jumat (14/10). Berikut petikan wawancara, yang disajikan Duta Islam untuk memberikan pencerahan kepada umat Islam.

Santriwati Cantik: Kasus intoleransi kerap berlangsung. Apa yang salah?

Santriwati Cantik

Ahmad Mustofa Bisri: Menurut saya, itu akibat dari masa lalu yang tidak kunjung direformasi. Reformasi itu kan islah, ndandani kalau dalam bahasa Jawa. Ndandani atau memperbaiki itu harusnya dicari masalah-masalahmana yang rusak, yang diperbaiki itu mana, akar masalahnya apa, harus diteliti dulu baru direformasi.

Santriwati Cantik

Namun, sekarang yang terjadi, hiruk-pikuk reformasi itu ternyata melahirkan orang-orang yang seharusnya direformasi justru malah berteriak paling reformis. Jadi sebetulnya kan masalah itu terjadi pada saat dulu, yang akan kita reformasi.

Santriwati Cantik: Contohnya, Gus?

Ahmad Mustofa Bisri: Dulu ada kecenderungan zaman Orde Baru untuk menyeragamkan semua. Bukan hanya pakaian seragam, menanam padi, sampai-sampai mengecat pagar rumah sendiri juga harus seragam. Bahkan masjid pun diseragamkan semua, dengan alasan harmonis. Akibatnya, masyarakat tidak bisa berbeda karena terlalu lama diseragamkan, akhirnya masyarakat kita kaget-kaget kalau ada perbedaan.

Santriwati Cantik: Dampaknya terhadap keberagaman dan kebinekaan?

Ahmad Mustofa Bisri: Pertama, masyarakat kita susah menerima perbedaan. Beda sedikit marah, beda sedikit marah. Itu akibat menyeragamkan semua hal dan itu melawan fitrah. Padahal, Tuhan menciptakan alam semesta termasuk kita semua itu dalam kondisi berbeda-beda, jadi tidak akan bisa kalau memang mau disatukan atau diseragamkan.

Kedua, seperti burung yang lama dikurung dalam sangkar, ketika sangkar dibuka, dia malah kebingungan, nabrak sana-sini karena sudah lama tidak merasakan kebebasan. Ketika keran kebebasan dibuka, malah bingung. Padahal, dulu itu teriak saja susah, selalu bunyinya satu, setuju. DPR itu dulu kalau teriak ya setuju, apa saja pokoknya setuju. Sampai-sampai ada ledekan: ada kucing masuk parlemen, ngeong, langsung serempak setuju.

Setelah sekian lamanya hanya bisa bilang setuju, sampai saya bikin sajak 'Negeri Ya, Ya'. Terus sekarang, DPR isinya interupsi semua, ngomong semua, seperti burung yang baru dikeluarkan. Terus yang dulunya tiarap-tiarap, sekarang muncul semua. Ini gara-gara berbagai macam permasalahan islah yang masih belum dilakukan. Jadi banyak persoalan ini yang sumbernya dari reformasi yang tidak sungguh-sungguh.

Santriwati Cantik: Sekarang banyak yang bertindak intoleran, menganggap diri paling benar. Ada pula yang mengatasnamakan Islam. Menurut Gus Mus?

Ahmad Mustofa Bisri: Saya selalu mengatakan, harus terus belajar dan jangan berhenti belajar. Orang kalau mau terus belajar, nanti akan mengerti dan memahami apa-apa yang sebelumnya belum dimengerti dan dipahami. Namun, ini payahnya, orang berhenti belajar karena dia merasa sudah mengerti dan memahami. Padahal, sama sekali belum mengerti apa-apa, malah kadang-kadang sudah berfatwa ke sana kemari.

Santriwati Cantik: Caranya belajar?

Ahmad Mustofa Bisri: Ya, ini jadi harus terus belajar. Belajarlah supaya mengerti yang menyeluruh, kalau mau bicara Islam, ya mengaji, jangan mengambil Islam dari buku-buku terjemahan, Al-Quran terjemahan, hadis terjemahan. Ini tidak mungkin. Terus kadang orang bilang kembali ke Al-Quran dan Hadist, tapi orang salah memaknai maksud itu.

Santriwati Cantik: Maksudnya?

Ahmad Mustofa Bisri: Orang mengatakan kembali ke Al-Quran dan sunah Rasul itu kok malah maknanya kembali ke Al-Quran dan hadis terjemahan Depag, itu bagaimana, itu kacau! Orang bisa membaca terjemahan Depag asal dia bisa baca Latin, dan dikiranya kebenaran yang dibaca dan dipelajarinya itu kebenaran mutlak. Ia tidak tahu bahwa bahasa Arab Al-Quran tidak sama.

Jadi teruslah belajar bahasa Arab, harus belajar ilmu Balagoh, ilmu Badi' dan Bayan karena Al-Quran itu mengandung itu semua, sastranya tinggi sekali. Jadi, kalau orang hanya membaca terjemahan tidak tahu sastra ya tidak mungkin, tidak bisa, harus mengaji.

Jadi silakan mengatakan kembali ke Al-Quran dan hadist itu dijadikan semboyan, tapi ya kembali itu belajar dan terus belajar, harus mengaji. Tidak diartikan bacalah terjemahan Al-Quran, atau 40 hadist di buku-buku mutiara hadis, itu ngacau!

Santriwati Cantik: Menjelang pilkada, banyak konflik yang mengancam keberagaman dan berpotensi memecah kebinekaan. MUI sampai mengeluarkan fatwa. Menurut Gus Mus?

Ahmad Mustofa Bisri: Kita sekarang lupa, bahwa yang menentukan orang menjadi kaya, menjadi miskin, menang dan kalah, memiliki kekuasaan atau kehilangan kekuasaan, dan menjadi penguasa atau tidak, menjadi pangkat atau tidak, itu semua Allah Subhanahu wata'ala. Disangka kalau kita ngotot, berarti pasti jadi?!

Santriwati Cantik: Bagaimana agar tidak terjadi perpecahan di pilkada, Gus?

Ahmad Mustofa Bisri: Saya selalu mengatakan janganlah berlebih-lebihan dalam segala hal. Itu di Islam tidak boleh! Wala tusrifu, (jangan berlebihan), atau Ghuluw, banyak dalam ayat-ayat Al-Quran dan Sabda Rasullullah Sallahhu Alaihi Wassalam menyatakan tidak boleh, alguluw fiddin (berlebihan dalam agama), berlebih-lebihan itu tidak boleh. Karena berlebih-lebihan itu akibatnya orang tidak bisa berpikir adil, tidak bisa istiqomah, tidak bisa objektif.

Jadi, kalau selama kita masih bersikap berlebih-lebihan dalam segala aspek kehidupan kita, sangat sulit kita untuk berpikir jernih, tidak bisa. Sebab adil itu jejek (Gus Mus mengisyaratkan tangannya berdiri tegak, lurus), sedangkan berlebih-lebihan itu begini (Gus Mus mengisyaratkan tangannya berdiri condong ke kanan), atau begini (Gus Mus mengisyaratkan tangannya berdiri condong ke kiri), tidak bisa. Karena apa pun nanti akan dijadikan alasan untuk berkelahi.

Jadi, kalau kita misalnya senang berlebih-lebihan, benci berlebih-lebihan, senang dunia berlebihan, senang kekuasaan berlebihan, senang pangkat berlebihan, senang kedudukan berlebihan, apa pun itu yang berlebihan, itu semua sumber malapetaka. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/10/gus-mus-kalau-mau-bicara-islam-ya-mengaji.html

Senin, 18 Juli 2011

KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya

Santriwati Cantik - KH Maimoen Zubair mengatakan, jika engkau melihat seekor semut terpeleset dan jatuh di air, maka angkat dan tolonglah, barangkali itu menjadi penyebab ampunan bagimu di akhirat. Jika engkau menjumpai batu kecil di jalan yang bisa menggangu jalannya kaum muslimin, maka singkirkanlah, barangkali itu menjadi penyebab dimudahkannya jalanmu menuju surga.

KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya - Santriwati Cantik
KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya - Santriwati Cantik


KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya

Jika engkau menjumpai anak ayam terpisah dari induknya, maka ambil dan susulkan ia dengan induknya, semoga itu menjadi penyebab Allah mengumpulkan dirimu dan keluargamu di surga. Jika engkau melihat orang tua membutuhkan tumpangan, maka antarkanlah ia, barangkali itu menjadi sebab kelapangan rejekimu di dunia.

KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya - Santriwati Cantik
KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya - Santriwati Cantik


KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya



KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya - Santriwati Cantik
KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya - Santriwati Cantik


KH Maimoen Zubair: Bisa Jadi, Orang Masuk Surga Bukan Karena Shalatnya

Jika engkau bukanlah seorang yang mengusai banyak ilmu agama, maka ajarkanlah alif ba' ta' kepada anak-anakmu, setidaknya itu menjadi amal jariyah untukmu, yang tak akan terputus pahalanya meski engkau berada di alam kuburmu. Jika engkau tidak bisa berbuat kebaikan sama sekali, maka, tahanlah tangan dan lisanmu dari menyakiti. Setidaknya itu menjadi sedekah untuk dirimu.

Al-Imam Ibnul Mubarak Rahimahullah berkata: رُبَّ عَمَلٍ صَغِيرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَّةُ ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِيرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ. yang artinya: "Berapa banyak amalan kecil, akan tetapi menjadi besar karena niat pelakunya. Dan berapa banyak amalan besar, menjadi kecil karena niat pelakunya".

Jangan pernah meremehkan kebaikan, bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya, bukan karena panjang shalat malamnya, tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda.

Rasulullah bersabda: « لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ », artinya: "jangan sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya) bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum".(HR. Muslim).

Mari isi hari dengan tidak membuat dan menebarkan fitnah kepada orang lain. Agar tidak ada saling tuduh fitnah. Shihibul fitnah harus dihentikan demi kebaikan bersama, jalan menuju surga dan kelancaran dakwah rahmatan lil alamin. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/kh-maimoen-zubair-bisa-jadi-orang-masuk-surga-bukan-karena-shalatnya.html

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Santriwati Cantik sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Santriwati Cantik. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Santriwati Cantik dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock