Tampilkan postingan dengan label Sholawat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sholawat. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Oktober 2012

Nyantri di Negeri Ratu Elisabeth, Inggris, Why Not?

Santriwati Cantik - Pada postingan sebelumnya kita sudah mengenalkan para santri yang tengah "nyantri" di negari Kincir Angin. Belanda. Kali ini, kita akan menengok siapa saja santri cendekia yang tengah memperdalam ilmu di Britania Raya, terutama Inggris.

Selain terkenal karena liga sepakbolanya, Inggris juga menjadi salah satu negara tujuan studi paling banyak diminati oleh pelajar asal Indonesia. Saat ini, beberapa santri juga tercatat tengah asik menikmati dunia pendidikan di negeri Ratu Elisabeth itu. Siapa saja mereka? Yuk kita cari tahu!

Nyantri di Negeri Ratu Elisabeth, Inggris, Why Not? - Santriwati Cantik
Nyantri di Negeri Ratu Elisabeth, Inggris, Why Not? - Santriwati Cantik


Nyantri di Negeri Ratu Elisabeth, Inggris, Why Not?

Kita awali dari kota Manchester. Di kota ini, ada I'anatul Avifah, dara asal Lamongan, Jawa Timur ini sedang menempuh program master di University of Manchester dengan konsentrasi Educational Technology. Vifah, sapaan akrabnya, merampungkan pendidikan strata satu-nya di UIN Sunan Ampel Surabaya di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, sembari nyantri di PP Annuriyah, Surabaya. .

Di universitas yang sama, kita jumpai Siti Navila. Sebelum memilih program studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Jakarta, Navila telah menyelesaikan pendidikan menengahnya di Pondok Modern Gontor Putri Ponorogo.

Kini, keduanya duduk di kelas yang sama di jurusan TESOL (Teaching English to Speakers of Other Languages) di University of Manchester.

Beralih ke kota Lancaster, ada seorang santri lulusan PP Qomaruddin, Gresik, M. Sholakhuddin Al Fajri, sedang aktif belajar di University of Lancaster mengambil jurusan Language and Linguistics. Fajri sebelumnya telah menyelesaikan program sarjana di UIN MMI Malang di jurusan Bahasa dan Sastra Inggris sembari menjadi supervisor di Ma'had Al Jamiah UIN Malang.

Berpindah ke kota York. Di kota York ini, kita akan menjumpai Queen Rahmah Rizqi Zaidah atau Queen. Setelah sebelumnya belajar tentang Psikologi di UIN MMI Malang, Queen tengah menempuh program master di University of York di jurusan Music and Psychology. Jika sebelumnya ia mengabdikan diri menjadi supervisor di Ma'had Al Jamiah UIN Malang, kini ia bersama suami mengasuh santri-santri di PP Baitul Arqom.

Kemudian, di kota Leeds, tepatnya di University of Leeds, ada Mochamad Iqbal Abdul Ghoni, santri lulusan Al Hikmah 2 Brebes. Ia kini sedang tekun belajar di jurusan Professional Language and Intercultural Studies. Iqbal adalah salah satu anggota CSS MoRA (penerima beasiswa Kemenag) selama menyelesaikan program sarjana di Universitas Airlangga, Surabaya di jurusan Linguistik.

Selain itu, di kota Durham, kita kenalkan santriwati bernama Nuha Qonita, yang asyik mendalami ilmu Islamic Finance and Management di Durham University Bussiness School. Nuha sebelumnya adalah mahasiswa Islamic Law di Al Azhar University. Ia juga pernah nyantri di Pondok Modern Gontor and Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin.

Demikian ulasan singkat tentang santri yang sedang belajar di Inggris. Selamat berjuang, semoga sukses, dan segera pulang untuk mengabdikan diri pada pesantren, agama dan bangsa. Nantikan tulisan selanjutnya ya! Kita akan kenalkan beberapa santri yang sedang belajar di negara Bavaria, Jerman! [Santriwati Cantik/ramzi/ab]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/nyantri-di-negeri-ratu-elisabeth-inggris-why-not.html

Senin, 20 Juni 2011

Jika Allah di Langit, Apa di Bumi Tidak Ada Allah?

Santriwati Cantik - Sering kita temui pertanyaan pertanyaan berkaitan dengan keberadaan Allah SWT. Pasalnya, kita mendapati pendidikan anak sejak usia dini di sekolah-sekolah yang berbasis wahabi-salafi diajarkan agar anak mengatakan "Allah di langit" dan mereka dilatih setiap hari untuk membiasakan hal itu.

Lalu bagaimana sebenarnya sikap kita untuk mengajari dan menjelaskan perihal keberadaan Allah SWT? Berikut ulasannya.

Jika Allah di Langit, Apa di Bumi Tidak Ada Allah? - Santriwati Cantik
Jika Allah di Langit, Apa di Bumi Tidak Ada Allah? - Santriwati Cantik


Jika Allah di Langit, Apa di Bumi Tidak Ada Allah?

Ketika ada anak kecil bertanya dimanakah Allah SWT berada tentu kita sebagai orang yang lebih dewasa haruslah mengajarkan dengan kearifan dan sesuai akidah ahlussunnah wal jama'ah. Maka kita ajarkan mereka untuk mengatakan "Allah tidak seperti makhluk apapun sebagaimana firmannya:

Santriwati Cantik

ليس كمثله شيء وهو على كل شيء قدير .

Dan kita juga perlu menjelaskan pada anak tersebut bahwa seyogyanya kita tidak berpikiran tentang bagaimana dzat Allah serta lebih menekankan pengenalan ibadah ritual yanng berkaitan dengan makhluqnya. Sehingga kelak akan menambah kadar keimanan si anak tersebut.

Sebagaimana yang dikatakan ulama':

تفكروا في خلق الله ولا تفكروا في ذات الله

Santriwati Cantik

"Berfikirlah tentang ciptaan Tuhan dan jangan berpikir tentang dzat Tuhan."

Sebab kalau dibiarkan si anak berfikir tentang sesuatu yang berkaitan dengan bentuk dan gerakan ini bisa sangat membahayakan dan bisa menyebabkan penyerupaan Dzat Allah dengan makhluknya.

Adapun mengenai pertanyaan "Allah di mana" sebagaimana dalam masalah akidah, kita harus percaya bahwa Allah wajib bersifat wujud (ada). Makna wajib wujud ialah bahwa ia tidak boleh binasa dan tidak bisa binasa secara azali maupun abadi.

Bahwa adanya Allah bukan karena perantara suatu sebab. Maksudnya, tidak ada yang bisa memberikan dampak atas keberadaan Allah SWT dan tidak akan berpengaruh dalam keberadaannya dan sifat nya, baik tempat maupun waktu.

Seandainya orang yang bertanya "Allah di mana" itu bertujuan menanyakan posisi dan arah, maka sudah pasti jawabannya membutuhkan penetapan suatu kondisi dan arah. Oleh karena itulah kita tidak boleh bertanya dengan kalimat ini. Sebab waktu dan ruang adalah perkara yang baru.

Artinya, ketika kita menetapkan suatu waktu dan ruang atas Dzat Allah, maka kita telah membuat sesuatu yang tidak pantas bagi dzatnya Yang Maha Qodim (dahulu).

Allah tidak mungkin serupa dengan makhluknya yang baru dan tidak butuh pada ruang dan waktu.

Dan hukum bertanya dengan lafadz "Aina Allah" (tuhan di mana) adalah tidak boleh.

Maka jawablah dengan "Wallahu 'alam". Meskipun anda mengatakan tidak tahu bukan berarti tidak bisa akan tetapi menurut ulama من قال لا اعلم وقد افتى

"Barang siapa berkata wallahu a'lam maka dia telah memberi fatwa," yaitu dengan mentafwidh (memasrahkan) kepada Allah.

قال الحافظ البيهقي في كتابه الأسماء والصفات: استدل بعض أصحابنا في نفي المكان عنه تعالى بقول النبي صلى الله عليه وسلم :"أنت الظاهر فليس فوقك شىء وأنت الباطن فليس دونك شىء" وإذا لم يكن فوقه شىء ولا دونه شىء لم يكن في مكان اهـ.

Berkata Al Hafidz al Baihaqi dalam kitab Asma was Sifat: sebagian Sahabat kita bertendensi atas penafian tempat bagi Allah SWT dengan hadits nabi: "Engkau Yang Maha Dlohir tidak ada di atas-Mu sesuatu, dan engkaulah Yang Maha Bathin dan tiada selain-Mu sesuatu". Dari konteks ini terbukti kalau Allah tidak ada diatasnya sesuatu apapun. Ia tidak bertempat.

ومارواه البخاري وابن الجارود والبيهقي بالإسناد الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "كان الله ولم يكن شىء غيره" ومعناه أن الله لم يزل موجودًا في الأزل ليس معه غيره لا ماء ولا هواء ولا أرض ولا سماء ولا كرسيّ ولا عرش ولا إنس ولا جن ولاملائكة ولا زمان ولا مكان، فهو تعالى موجود قبل المكان بلا مكان، وهو الذى خلق المكان فكيف يحل في مخلوقاته وكيف تحده مخلوقاته ؟!!

Diriwayatkan dari Bukhari, Ibnu Jarud dari Baihaqi dengan sanad yang shahih bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Allah telah ada saat tidak ada sesuatu selainnya". Artinya, Allah sudah ada di azali dan tidak ada selainnya, tidak air, tidak udara, tidak langit dan tidak bumi, tidak kursi, tidak arash, tidak jin, tidak manusia, tidak malaikat, tidak waktu dan tempat. Dialah Allah telah ada sebelum ada tempat, tanpa ada tempat. Dialah pencipta tempat. Bagaimana mungkin dia akan berada pada ciptaannya dan bagaimana bisa dibatasi cipataannya?.

Sementara hadits pernyataan seorang jariyah (seorang budak) yang disebut-sebut mengatakan bahwa Allah di langit, Imam Nawawi berkomentar:

علق الإمام النووي رحمه الله على حديث الجارية في شرحه على مسلم قائلا : (هذا الحديث من أحاديث الصِّفات، وفيها مذهبان تقدَّم ذكرهما مرَّات في كتاب الإيمان: أحدهما: الإيمان به من غير خوض في ((( معناه )))، مع اعتقاد أنَّ الله ليس كمثله شيء،وتنزيهه عن سمات المخلوقات. والثَّاني:((تأويله ))) بما يليق به فمن قال بهذا – أي التأويل - قال: كان المراد امتحانها هل هي موحِّدة تقرُّ بأنَّ الخالق المدبِّر الفعَّال هو الله وحده، وهو الَّذي إذا دعاه الدَّاعي استقبل السَّماء،كما إذاصلَّى المصلِّي استقبل الكعبة،وليس ذلك لأنَّه منحصر في السَّماء، كما أنَّه ليس منحصراً في جهة الكعبة، بل ذلك لأنَّ السَّماء قبلة الدَّاعين، كما أنَّ الكعبة قبلة المصلِّين. أو هي من عبدة الأوثان العابدين للأوثان الَّتي بين أيديهم، فلمَّا قالت: في السَّماء علم أنَّها موحِّدة وليست عابدة للأوثان. ) انتهى من شرح النووي على مسلم

Dalam memaknai hadits jariyah maka bisa melalui dua metode yaitu: pertama, dengan beriman tanpa menelusuri maknanya. Yang kedua, dengan mentakwil dengan sesuatu yang sesuai.

Lagi pula hadits jariah ini banyak menimbulkan pertanyaan. Diantaranya, apakah benar kadar ukuran Islam seseorang dianggap hanya dengan mengatakan Allah di langit?.

Selanjutnya, mengenai berdoa dengan mengangkat tangan ke langit, kita bisa menyontohkan orang shalat yang menghadap Ka'bah, apakah Allah berada di dalam Ka'bah? Tidak! Begitu pula dengan saat budak tadi menunjuk ke langit atau saat orang berdo'a mengangkat tangan ke langit. Belum tentu menunjukkan Allah di langit. Tidak sama sekali.

Adapun menghadap Ka'bah, itu posisinya sebagai kiblat orang shalat. Begitu juga menunjuk ke atas sebagaimana kisah budak di atas saat berdoa.

الكعبة قبلة الصلاة والسماء قبلة الدعاء

Artinya: "Ka'bah adalah kiblat shalat dan langit adalah kiblat berdoa".

Tapi tetap saja Allah tidak bertempat dan menempati ruang. Coba kita pakai mantiq (logika). Seandainya Allah berada di suatu tempat, berarti Allah lebih kecil dari tempat tersebut. Seperti air menempati gelas, berarti ukuran gelas lebih besar dari ukuran airnya. Atau, paling tidak gelasnya berukuran sama. Sedangkan jika Allah dikatakan menempati ruang, boleh dibilang Allah lebih kecil dari ruangan tersebut. Padahal Allah Maha Besar.

Dan jika dikatakan Allah bertempat di langit, apakah di bumi tidak ada Tuhan? Bagaimana dengan ayat dalam surat Azzukhruf ayat 84:

وهو الذي في السمآء ءله وفي الارض اله وهو الحكيم العليم

"Dialah Tuhan (yang disembah di langit) dialah Tuhan (yang disembah) di bumi dan Dialah Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui".

Baca friman Allah berikut:

"Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia yang berhak disembah, baik di langit maupun di bumi. Oleh karena itu, penghuni langit semuanya dan penduduk bumi yang beriman, mereka beribadah kepada-Nya, mengagungkan-Nya, dan tunduk kepada kebesaran-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Hanya kepada Allah-lah sujud (patuh) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.” (QS. Ar Ra’d: 15)

Ayat di atas sama seperti firman-Nya, “Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi.” (QS. Al-An’aam: 3). Jadi bisa kita simpulkan bahwa Allah ada tanpa tempat ia berada. [Santriwati Cantik]

Tarim, Yaman, 11 syawal 1437 H.

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/07/jika-allah-di-langit-apa-di-bumi-tidak-ada-allah.html

Selasa, 29 Maret 2011

LDNU: Dai Jangan Mudah Menyalahkan

Jakarta, Santriwati Cantik. Sebagai juru syiar Islam, para dai tak selayaknya memunculkan hujatan kepada kelompok-kelompok lain yang tak sepaham. Selain menguasai ilmu agama secara mendalam, juru dakwah dituntut untuk selalu menjaga etika komunikasinya.

Demikian disampaikan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Zakky Mubarak dalam acara Istighotsah dan Pengajian Bulanan di Masjid an-Nahdlah di lantai dasar gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (24/4) malam.

LDNU: Dai Jangan Mudah Menyalahkan (Sumber Gambar : Nu Online)
LDNU: Dai Jangan Mudah Menyalahkan (Sumber Gambar : Nu Online)


LDNU: Dai Jangan Mudah Menyalahkan

Menurut dia, sekarang mulai merebak sejumlah orang yang gemar menyalahkan orang lain kendati secara wawasan keislaman mereka tergolong pemula. Kedangkalan pengetahuan justru membuat mereka mudah menuduh pihak di luar dirinya sebagai kelompok yang keliru.

Sikap ini, sambung Zakky, tak menutup kemungkinan melekat juga kepada orang-orang yang sudah belajar bertahun-tahun di negeri Timur Tengah. Dengan mengkalim diri paling benar, mereka tak jarang secara terang-terangan menyudutkan para ulama.

Jauh-jauh dari Timur Tengah sampai delapan tahun, pulang pulang cuma dapat satu hadits: kullu bidatin dlalalah wa kullu dlalalatin fin nar (setiap yang bidah adalah sesat. Dan setiap yang sesat adalah di dalam neraka), ujarnya.

Zakky mengajak kepada warga NU untuk turut serta dalam program Pendidikan Kader Dai (PKD) NU yang digelar LDNU secara rutin. Setelah dua angkatan berjalan, PKD NU dalam waktu dekat akan dibuka untuk angkatan selanjutnya.

Santriwati Cantik

Penulis: Mahbib Khoiron

Santriwati Cantik

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/44017/ldnu-dai-jangan-mudah-menyalahkan

Santriwati Cantik

Sabtu, 11 September 2010

Gus Mus: Meskipun Bersorban, Saya Tidak Sudi Memanggilnya Kiai

Kita semakin sulit mencari contoh sehingga Islam terkesan jelek di mata orang lain. Santriwati Cantik - Ini adalah rangkuman ceramah KH Mustofa Bisri sesudah Tahlilan KH Zainal Abidin Munawir, Yogyakarta, Selasa, (17/02/2014) malam.

Gus Mus: Meskipun Bersorban, Saya Tidak Sudi Memanggilnya Kiai - Santriwati Cantik
Gus Mus: Meskipun Bersorban, Saya Tidak Sudi Memanggilnya Kiai - Santriwati Cantik


Gus Mus: Meskipun Bersorban, Saya Tidak Sudi Memanggilnya Kiai

Malam ini kita membacakan tahlil dan mendoakan almarhum KH. Zainal Abidin Munawwir. Kita itu koyok yo yo’o. Potongane (gayanya) seperti saya dan panjenengan, berani-beraninya mendoakan Kiai Zainal. Ya, kita semua sesungguhnya hanya mengharap barokah dari beliau.

Meski saya bukan wali, tapi saya meyakini Kiai Zainal itu adalah wali. Karena seperti terdapat dalam al-Qur`an, ciri wali itu tidak punya rasa takut dan tidak punya susah. Lha saya belum pernah tahu Kiai Zainal itu punya rasa takut dan susah.

أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ

(Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.)

Sebenarnya panjenengan itu juga bisa jadi wali, wong panjenengan sudah memiliki salah satu syaratnya. Padahal syarat menjadi wali cuma dua. Panjenengan semua sudah punya satu, yaitu mengakui bahwa Gusti Pangeran itu hanyalah Allah Ta’ala. إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللهُ، ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُوْنَ

(Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.)

Jadi syarat yang pertama menyatakan bahwa Tuhannya adalah Allah (قالوا ربنا الله), yang kedua adalah istiqomah (ثم استقاموا). Untuk jadi wali seperti Kiai Zainal, panjenengan kurang satu syarat saja, yaitu istiqomah. Syarat istiqomah ini memang yang paling sulit.

Panjenengan menyaksikan sendiri bagaimana Kiai Zainal dalam keadaan gerah masih berangkat ngimami di masjid dan tetap memikirkan santri. Sementara banyak orang yang mau sholat, tapi jarang yang sholatnya bisa istiqomah; orang yang mau mengajar juga banyak, tapi yang mengajar dengan istiqomah itu jarang; banyak yang bisa memperhatikan anaknya orang, tapi yang memperhatikan anak orang secara terus-menerus itu sedikit sekali. Istiqomah itu yang berat.

Saya itu ada gunung meletus tidak begitu kaget, meskipun abunya sampai Jogja. Tapi saya kaget mendengar kiai-kiai wafat, Kiai Sahal Mahfudz kemudian menyusul Kiai Zainal. Gusti Allah itu, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam, bila mengambil ilmuNya, tidak dengan cara mencabut ilmu itu dari dada para ulama (إن الله لا يَنْتَزِعُ العلم انتزاعا من صدور العلماء), akan tetapi (بقبض العلماء) Allah mengambil ilmuNya dengan cara mewafatkan ulama.

Kiai Munawwir dipundut nyawanya, sekaligus diambil ilmunya; Kiai Abdullah dipundut beserta ilmunya; Kiai Abdul Qodir dipundut beserta ilmunya; Kiai Ali Maksum dipundut beserta ilmunya; Kiai Warsun dipundut beserta ilmya; Kiai Zainal dipundut beserta ilmunya.

حتى إذا لم يَبْقَ عالم، وفي رواية: حتى إذا لم يُبْقِ عالما، اتخذ الناس رؤوسا جهالا فسئلوا فأفتوا بغير علم فضلوا وأضلوا – أو كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم

Kalau kiai-kiai sudah pada diambil, orang-orang bingung harus bertanya kepada siapa. Mereka kemudia bertanya kepada orang sembarangan: pokoknya asal orang pakai sorban; asal jenggotan; asal jubahan; dipanggil kiai; dipanggil ustadz; pasti akan ditanya, maka mereka menjawab tanpa ilmu, jadinya mereka sesat dan menyesatkan orang lain.

Ini semua sekarang sudah kelihatan tanda-tandanya: banyak mufti jadi-jadian, yang bila ditanya apa saja bisa menjawab. Padahal yang begitu itu tanda-tandanya gebleq, bukan tanda orang yang alim. Tandanya orang bodoh itu adalah bila ditanya apa saja, bisa menjawab.

Ditanya: “Bagaimana hukumnya ayam yang ketabrak mobil, ustadz?” “Itu ayamnya masih hangat apa tidak?”

“Masih agak hangat, ustadz”

“Kalau masih agak hangat berarti agak halal…”

Sampeyan kalau mau tahu silahkan buka televisi. Ukuran jawabannya asal bisa dinalar saja.

Ada juga dikatakan: (موت العالِم موت العالَم). Pada masa ini yang sulit itu adalah mencari contoh (teladan). Islam itu kekurangan contoh. Oleh sebab itu wajah Islam kelihatan jelek karena kurang contoh.

Yang dijadikan contoh yang jelek-jelek. Sampeyan lihat Youtube, ada bocah edan pakai jubah, menginjak kepala. Yang begini ini yang merusak. Kalau ditanya: bagaimana baiknya, maka jawabnya: baiknya mandeg saja, gak usah lagi, ini merusak Islam. Orang Islam saja melihatnya jijik dan muak, apalagi orang lain... Ustadze wae nggono opo maneh santrine…

Lha di (Krapyak) sini ini sudah banyak contoh. Ada Kiai Abdul Qodir, ada Kiai Ali... Kalau mau yang agak ampeg, ada Kiai Zainal. Kalau mau contoh yang gampangan, ada Kiai Ali. Ada semua contohnya. Orang itu kan macam-macam. Ada yang maunya ampeg, ada yang maunya enteng. Dan yang seperti ini sudah ada sejak zaman Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam.

Santrinya macam-macam, ada yang seperti Abu Bakar, ada yang seperti Umar. Sahabat Umar itu contoh sahabat sangat berhati-hati. Hingga terhadap teman dan saudaranya sendiri saja keras, hingga Sahabat Kholid saja dipecat (dari jabatannya sebagai Komandan Tentara).

Sahabat Abu Bakar lain, lembut. Pendekatannya berbeda. Tapi semua itu didasarkan pada rahmat dan kasih sayang. Itu yang kemudian dilanjutkan dari sejak sahabat, tabi’in, dan para ulama, hingga sampai kepada Mbah Hasyim Asy’ari. Beliau punya dua orang anak buah yang berbeda: Mbah Bisri yang streng dan Mbah Wahab yang gampangan.

Orang NU yang sedemikian banyak akhirnya punya pilihan: yang belum bisa ikut Mbah Wahab, yg sudah bisa ikut Mbah Bisri. Tapi manusia yang macam-macam itu semua: yang hati-hati, yang ampeg, yang gampangan, mesti dilandasi dengan kasih sayang.

Makanya kalau saya ditanya tentang kriteria kiai itu apa, maka saya jawab: kiai itu adalah

الذين ينظرون إلى الأمة بعين الرحمة

Mereka ini kan hanya meniru Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam, yang, beliau itu adalah

عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رءوف رحيم

Jadi yang dilakukan oleh para kiai itu hanya mencoba meniru apa yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam. Tapi yang namanya meniru Kanjeng Nabi itu ya tidak mungkin bisa persis meniru semua seperti Nabi. Kalau sama persis nanti dikira ada nabi kembar. Ada yang meniru cara peribadatannya; ada yg meniru model perjuangannya; ada yang meniru cara dakwahnya. Meniru apa saja. Kanjeng Nabi itu hebat dalam bidang apa saja: termasuk saat menjadi panglima.

Jadi, meskipun orang itu pakai sorban sebesar ban truk, jenggotnya puanjang hingga pusar, tapi gak punya belas kasih kepada umat, maka saya tidak sudi memanggilnya kiai. Sebaliknya, meskipun orang itu tidak berpenampilan kiai, tapi punya belas kasih kepada umat, maka dia itu kiai.

Sama halnya bila ada orang yg merasa pinter, dan menyatakan bahwa orang yang ber-Islam itu harus dengan merujuk langsung pada Qur`an dan Hadits. Ini orang yang juga tidak punya belas kasih terhadap orang awam. Bagaimana mungkin, sementara dia saja tidak becus membaca Qur`an, dan belum tentu paham dengan apa yang dibacanya. Orang Arab sendiri belum tentu paham bila membaca Qur`an secara langsung.

Bandingkan dengan kiai-kiai zaman dulu, seperti Imam Syafi’i dan sesudahnya, yang mereka membuat buku-buku pintar, seperti Sulam, Safinah, Taqrib, ulama seperti mereka itulah yang pantas mengkaji dasar Al-Qur`an Hadits secara langsung. Tidak sembarangan.

Jadi orang-orang awam tinggal mengikut buku-buku pintar yang sudah dibuat, daripada jika mereka disuruh melihat Qur`an sendiri, tentu akan malas (aras-arasen). Beliau-beliau para ulama itulah, dengan dilandasi kasih sayang, membantu orang awam memahami Islam.

Dengan melihat istiqomahnya Kiai Zainal, dalam ibadah, mengajar dan membimbing santri-santri, paling tidak kita bisa tahu dan mencontoh bagaimana perilaku Nabi. Kita tidak perlu melihat Nabi secara langsung. Saya sendiri kadang ngelamun, seumpama saya hidup di masa Nabi, tentu saya merasa enak, karena tidak perlu membaca al-Qur`an, tidak perlu belajar banyak, sebab melihat sendiri sudah ada “Qur`an berjalan”.

Jadi kalau mau perlu apa-apa tinggal melihat Nabi: Bagaimana membina persaudaraan yang baik, melihat Kanjeng Nabi; Bagaimana memimpin ummat yang baik, melihat Kanjeng Nabi; Bagaimana perjodohan yang baik, ya melihat Kanjeng Nabi; Bagaimana bergaul dengan orang tua, melihat Kanjeng Nabi; Bagaimana bergaul dengan anak muda, melihat Kanjeng Nabi.

Semuanya tidak perlu membuka Al-Qur`an dan tinggal melihat Kanjeng Nabi. Tapi kemudian tersirat pikiran waras saya, ya kalau saya ditaqdirkan ikut Kanjeng Nabi. Kalau ternyata saya ditaqdirkan ikut Abu Jahal? Hehehe. Dah tidak perlu melamun hidup di zaman Nabi. Kita hidup sekarang di zaman akhir seperti ini juga tidak apa-apa asal kita masih ikut dengan tuntunan Kanjeng Nabi.

Jadi semakin lama kita itu semakin sulit mencari contoh. Kalau kita itu rajin membaca Al-Qur`an, mengerti maknanya Al-Qur`an, kita gak mencari contoh itu tidak apa-aoa. Kita tidak perlu banyak contoh bila kita sudah rajin membaca Al-Qur`an dan mengetahui makna Al-Qur`an. Tapi yang terjadi kan, kita itu tidak punya contoh. Membaca Al-Qur`an juga hanya ketika Bulan Ramadlan, itu saja bacanya cepet-cepet.

Kenapa kalau membeli televisi atau sepeda motor kita tidak perlu membaca buku panduannya. Padahal membeli barang-barang seperti itu pasti ada buku tebal sebagai panduannya: kalau mau menghidupkan, tekan tombol yang bertuliskan “power”; bagaimana caranya memindah channel.

Tapi saya yakin, panjenengan itu beli tivi atau motor itu tanpa pernah membaca buku panduannya. Lha kok bisa tahu dari mana? Ya, karena panjenengan sudah sering melihat orang menghidupkan tivi. Demikian juga dulu para sahabat. Meskipun tidak membaca buku panduan, tapi mereka melihat dan meniru Kanjeng Nabi. Sesudah Kanjeng Nabi tidak ada, ya harus melihat para sahabat sebagai murid-murid Kanjeng Nabi, dan seterusnya, sebagaimana diperintahkan oleh Kanjeng Nabi. [Santriwati Cantik]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/08/gus-mus-meskipun-bersorban-saya-tidak-sudi-memanggilnya-kiai.html

Jumat, 21 Maret 2008

PMII Nilai Pergub DKI soal Demonstrasi Langgar Konstitusi

Jakarta, Santriwati Cantik. Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) DKI Jakarta menilai kebijakan Gubernur DKI yang menerbitkan Pergub 228/2015 tentang Pengendalian Pelaksanaan Penyampaian Pendapat di Muka Umum pada Ruang Terbuka tidak tepat.

Ketua Umum PKC PMII DKI Jakarta Mulyadin Permana mengatakan, dengan peraturan tersebut Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengekang kebebasan berpendapat dengan lisan dan tulisan yang telah dijamin UUD 1945.

PMII Nilai Pergub DKI soal Demonstrasi Langgar Konstitusi (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Nilai Pergub DKI soal Demonstrasi Langgar Konstitusi (Sumber Gambar : Nu Online)


PMII Nilai Pergub DKI soal Demonstrasi Langgar Konstitusi

Saya melihat Ahok enggak paham UUD 1945, masak buat Pergub yang bertentangan dengan amanat konstitusi tertinggi negara kita, ujarnya, Senin (2/11), dalam siaran pers.

Menurutnya, konsekuensi negara demokrasi adalah rakyat bebas menilai penyelenggaraan negara oleh pemerintah. Rakyat bebas mengkritik dan menyalahkan pemimpinnya jika memang salah, bahkan menurunkan pemimpin yang tidak becus mengurus rakyatnya.

Santriwati Cantik

Bagi kami mahasiswa Pergub itu melanggar hukum atau konstitusi tertinggi negara (UUD 1945) jadi tidak perlu dipatuhi. Kami akan tetap demo di balaikota kalau Ahok salah. Kami akan tetap demo di Istana kalau Presiden salah, atau di manapun ada kesalahan penyelenggaraan pemerintahan oleh pejabat terkait, katanya.

Santriwati Cantik

Ia berpendapat, mahasiswa adalah agen perubahan yang tidak seharusnya diatur oleh aturan yang dibuat semena-mena. Oleh karena itu, kami mengutuk dan menolak Pergub 228 ala Ahok itu, dan kami akan mengajukan judicial review (uji materi) atas Pergub yang salah tersebut, pungkas Mulyadin.

Pemerintah DKI berdalih bahwa penerbitan peraturan tersebut bertujuan agar demonstrasi tidak mengganggu masyarakat umum. Dalam pasal 4 pergub itu disebutkan bahwa lokasi yang diperbolehkan sebagai tempat berunjuk rasa hanya di Parkir Timur Senayan, Alun-alun demokrasi gedung DPR, dan Silang Selatan Monas. Sementara itu, di Pasal 6 dituliskan bahwa aksi hanya dapat dilaksanakan dalam kurun waktu dari pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB saja. (Mahbib)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/63287/pmii-nilai-pergub-dki-soal-demonstrasi-langgar-konstitusi

Santriwati Cantik

Minggu, 02 September 2007

Pendekar Cantik Pagar Nusa Pamekasan Pikat Perhatian Hadirin

Pamekasan, Santriwati Cantik. Pendopo Budaya di Kabupaten Pamekasan dilekati dengan pakaian serba hitam, Sabtu (4/2). Mereka terdiri dari anak-anak, remaja, dan para pemuda yang tidak hanya didominasi laki-laki. Tapi, juga terdapat beberapa perempuan cantik.

Meskipun perempuan, tak seorang pun hadirin yang sedang memperingati hari lahir (harlah) Pencak Silat Pagar Nusa NU Pamekasan itu berani mendekatinya. Sebab, sekali mendekat, bisa saja celurit tajam menggores kulit yang tipis.

Pendekar Cantik Pagar Nusa Pamekasan Pikat Perhatian Hadirin (Sumber Gambar : Nu Online)
Pendekar Cantik Pagar Nusa Pamekasan Pikat Perhatian Hadirin (Sumber Gambar : Nu Online)


Pendekar Cantik Pagar Nusa Pamekasan Pikat Perhatian Hadirin

Para pendekar cantik tersebut sedang menjalankan tugasnya, menampilkan atraksi silat di tengah-tengah hadirin. Mereka adalah para pendekar Pencak Silat Pagar Nusa NU Pamekasan yang dipercaya oleh panitia untuk menampilkan kemampuan terbaiknya dalam bidang silat.

"Saya takjub dengan penampilan mereka. Meskipun perempuan dan masih remaja, tampil berani, gesit, dan atraktif," ujar Pengasuh Pesantren Nurul Falah KH Mudarris yang hadir dalam acara tersebut.

Santriwati Cantik

Sebagai pengasuh pesantren, pihaknya tertarik untuk mendatangkan para pelatih Pagar Nusa NU Pamekasan untuk melatih santri-santrinya. Utamanya, para santri putri.

Santriwati Cantik

"Ketika seorang perempuan punya keterampilan bela diri, maka dia dapat membentengi diri dari gangguan orang-orang tak bertanggung jawab," tukasnya.

Pernyataan kiai yang biasa dipanggil Gus Dar tersebut mendapat respon hangat dari M Khoiri selaku salah seorang pengurus Pencak Silat Pagar Nusa Pamekasan. Pihaknya bersama pelatih Pagar Nusa NU Pamekasan menyatakan selalu siap manakala dibutuhkan untuk melatih, apalagi dari kalangan santri. (Hairul Anam/Alhafiz K)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/75197/pendekar-cantik-pagar-nusa-pamekasan-pikat-perhatian-hadirin

Santriwati Cantik

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Santriwati Cantik sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Santriwati Cantik. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Santriwati Cantik dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock